Desember bulan hujan. Alhamdulillah, rahmat Allah itu masih merintik dan menderas di akhir tahun ini, yang –kekata seseorang- selain menyebabkan genangan, hujan juga membangkitkan kenangan. (#halah). Ngomong-ngomong soal kenangan, setiap berjalannya masa selalu menyimpan berjuta kenangan. Betul kan? Tahun ini, hamdalah banget banyak kenangan yang menjadi tilas setiap detik 2015.
Kali ini, saya ingin banget
bercerita dan berbagi rasa tentang langkah kaki yang beranjak ke berbagai
tempat yang menawan di negeri ini. Traveller
banget ya? Ah, tidak juga. Saya suka traveling
sih, tapi kayaknya masih belum bisa disebut
traveller. Baiklah, kemana aja kaki
ini menapak di tahun ini hingga menjadi kenangan? Here they are …
Januari: Aku Akhirnya
Kembali
Pernah kangen kan? Apa yang lebih membahagiakan bagi seorang
pelaku rindu jika bukan bertemu dengan yang dirinduinya? Saat rindu, nikmati
saja kerinduan itu. Saat rindu, seolah-olah waktu ingin mengingatkan kita bahwa
kita ini lemah, penuh ketidakmampuan. Tidak mampu untuk selalu bertemu. Maka lahirlah
sebuah harap. Harapan yang melangit agar yang berada di atas langit mengijinkan
kembali untuk sekedar mempersembahkan senyum terindah. Sekedar bercengkrama
tentang banyak cerita yang sempat tertahan oleh masa, atau pun sekedar
melontarkan sebuah sapa. Baiklah, Januari menjadi awal tahun yang luar biasa. Diawali
dengan sebuah harapan yang akhirnya menjadi kenyataan, dan rindu yang akhirnya
nyata untuk kembali bertemu.
Di pertengahan Januari, akhirnya misi itu terlaksana. Ada
banyak misi. Misi untuk menyelesaikan serangkaian penelitian skripsi, agar masa
kuliah S1 berakhir dengan khusnul
khotimah. (Dan misi ini akhirnya mengantarkan pada sejarah yang mengharu
biru: wisuda bulan Mei. #Yeeaaahhh #sambil lompat-lompat nabur bunga ke
langit... #bilang apa? #hamdalah. huehehe).
Penelitian saya ini berhubungan dengan misi yang kedua,
yaitu misi sosial atas nama Komunitas Sahabat Misool. (beneran deh, ini
temen-temen ketje-ketje semua… ternyata, pohon terpele (galau) yang dipupuk
dengan kerinduan dan disiram dengan air kangen, membuahkan rasa peduli yang
selain melangit juga membumi). Akhirnya, saya kembali menginjakkan kaki lagi di
tanah Misool, tepatnya kampung Fafanlap untuk riset kesehatan anak-anak
Fafanlap. Penelitian dengan judul ‘Prevalensi Infeksi Nematoda Usus pada
Anak-anak SDN Fafanlap, Misool Selatan, Raja Ampat’ ini selain mengantarkan
saya memakai toga wisuda, hasil risetnya juga digunakan untuk advokasi
kesehatan oleh Sahabat Misool kepada Dinas Kesehatan Raja Ampat. Sekali
mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Kira-kira begitu. Dan akhirnya, beneran melampaui banyak pulau indah lho. Huehehe.
Sama seperti saat KKN tahun 2014 lalu, misi menuju Misool
kali ini pun dihadapkan pada perjuangan yang gak sederhana. Tentu sempat pesimis, tapi karena hampir tiap hari
menatap foto-foto kampung Fafanlap, foto wajah-wajah lugu dengan ciri khas
hitam kulit dan keriting rambut, beserta kenangan KKN 2014 lainnya, itu semua
cukup berhasil membangkitkan lagi kepercayaan diri sebagai hasil dari terpele yang
overdosis. Yah begitulah, kadang rindu memang menunjukkan kelemahan dan
ketidakmampuan kita dalam hal bertemu, namun kadang pula ia-lah yang
mendatangkan kekuatan untuk berusaha sampai yakin bahwa bertemu kembali
bukanlah hal yang fiktif dan mustahil. Dan itu nyata terjadi. Di bulan Januari,
akhirnya aku kembali. Kembali ke Kampung Fafanlap.
Assalamualaikum,
Misool. Jika tak bisa membendung rindu, maka harus bertemu. ^_^
|
Setelah sampai di kampung ini, saatnya penelitian dimulai. I enjoyed this project very much.
Mungkin rasa “menikmati” ini yang bikin penelitianku
cepet kelar. Kuncinya, love what you do, yang tak sekedar do what you love, dan (kata Hanum)
asikin aja. ^_^
Dari pintu ke pintu, dari rumah
menuju rumah yang jumlahnya puluhan, di bawah terik matahari, berkeliling malam
hari yang hanya bersinarkan rembulan dan berbintang pun dijalani. Papua, tak
hanya indah pemandangan alam saat waktu terang saja lho. Namun, dari senjanya hingga malam tiba, semuanya menawan.
Cantik. Romantis. Manis. Saya jadi teringat pemandangan langit yang indah yang
terjepret saat KKN masa itu. Seumur-umur, itulah langit terindah yang pernah
saya lihat sampai sekarang.
Ah, tentu, pemandangan aslinya
lebih menawan. Lebih indah dari yang sekedar terjepret. Ini foto waktu KKN 2014, diambil dari Album Sahabat Misool pastinya.
|
Saat berkeliling kampung di siang sampai sore hari, pasti
mendapati anak-anak kampung sedang bermain-main di halaman rumah warga. Riang,
ceria, gembira, menghiasi wajah-wajah lugu mereka. Nampaknya, sangat menikmati
masa kanak-kanak; bermain bersama teman sepuasnya, bangga jika menang bermain,
tak apa-apa jika pun kalah karena tetap dapat senang.
Bermain gundu adalah
favorit mereka (kualitas gambarnya kurang bagus L)
|
Dan, kerja di laboratorium pun
harus diselesaikan sesuai Deadline. Membuat preparat, mengamati makhluk indah
di bawah mikroskop, mencatat hasil pengamatan. Itu adalah aktivitas rutin
setiap hari. Untunglah, saya berhasil membuat penasaran anak-anak sekolahan.
Dari anak-anak SD, SMP, hingga SMA, mereka suka rela menemani dan membunuh
kejenuhan saat bekerja di lab.
Suntik identik dengan sakit
seperti digigit semut, katanya. Dan itulah yang harus dirasakan anak-anak SDN
Fafanlap yang terdiri dari kelas 1 -6. Maaf ya adek-adek, demi data kaka, demi
penelitian kaka. Toh, hasilnya untuk kalian juga. (#pasang muka paling baik.
Hehe.) Banyak ekspresi anak-anak SD ini, mulai dari yang takut, kesakitan
(emang sakit beneran ya, dek?), mengaduh, hingga ada juga yang malah ketawa. Kali
ini, saya tidak bisa nyuntik mereka sendiri. Alhamdulillah, bala bantuan dari
Puskesmas Dabatan siap bekerja sama. Yapz, penelitian saya ini bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Raja Ampat, yang secara teknis dibantu oleh Puskemas
Misool Selatan yang berkantor di Dabatan. Paman Aziz Soltief dan timnya sangat
mendukung sekali. Alhamdulillah… kerja sama yang luar biasa yah paman. Terima
kasih… banyak terima kasih saya ucapkan ya, paman.
Memang rasanya
seperti digelitik ya, adek?
|
Foto bareng guru-guru SD N Fafanlap, murid-murid, dan Tim Puskesmas Dabatan.
|
Tentang penelitian di awal tahun,
itulah rangkuman kisahnya. Special thanks
to Sahabat Misool, yang sudah bantu-bantu dari bikinin amunisi stiker dan design-in
cover proposal (Hanip, makasih
buanyak nip, suka dengan desianmu, karena mengandung 70% terpele (galau+rindu
kampung) dan 30% ceria. Jadi 100% Mantab. Hehe); yang bersedia kasih
saran-saran dan banyak link (#Hanip lagi,,, makasih Nip, Harir, bang Ali Seknun
yang leluconnya sangat menghibur, nak Bram a.k.a Abroby Agus Cahya Pramana yang
masukin ide ke kitabisa.com, mba Ayu Sriwahyuni yang ngenalin ke Om Yamin);
Maya Pradipta yang nemenin ambil data, maaf ya jadi ngrepotin; Ihya, Rachmad, Kiki yang nganterin dan jemput di bandara
dengan senang hati dan pastinya ceria; mba Son yang nemenin ketemu Pak Abu
(sebenernya sama Hanip juga, makasih Nip, jasamu gak bisa dihitung deh). Paman
Ipin a.k.a paman Arifin dengan gesture nyeremin tapi paling baik hatinya deh di seantero Misool. Paman Idris yang siap sedia bantu dan mendukung
penelitian. Om Be Sorong yang senang membantu anak Jawa ini. Mama Jawa, Bibi
Jawa, tete Imam yang memberi marga
Soltief, yang semuanya baik hati banget. Fatma,
Fa’i, Aco, Irja, Santo, dan siapa lagi ya, yang dengan senang hati ngajak
jalan-jalan ke kebun dan muter-muter SPP, makan durian, ambil langsat hingga
minum kesu (kelapa susu). Kisah indah bersama kalian deh. Abduh yang nyebelin tapi ternyata paling ngangenin. Tim Puskesmas Dabatan yang semangat bekerja sama dalam
penelitian. Om Yamin dan keluarga yang baik hati sekali sampai saya
(sebenarnya) terharu. Bu Nastiti, ibu dosen yang saya kagumi kebaikan dan inner beauty-nya, yang saya bela-belain
minta dibimbing Ibu. Pak Hery yang juga membimbing metode penelitian. Pak Wakil
Bupati, dr. Tomy Young, Pak Ori Deka, Pak Desa dan keluarga yang juga baik
sekali, Pak Syafi’I Sekretaris Kampung yang banyak membantu, dan tentu Pak Abu
Shaleh Thafalas yang tak kalah baik. Bi
Ipeh, Irfan, mba Den, Yuna yang ngasih coklat, bang Jabir, Fahmi, dan semua kru
Sahabat Misool yang mendukung hal apapun yang ada kaitannya dengan penelitian
ini. Dua kata; kalian keren. Keren ya kalau terpele bareng-bareng. Buahnya
adalah rasa peduli. Setidaknya, kita yakin bahwa peduli adalah (bagian dari) solusi.
#KapanTerpeleLagi.
Alhamdulillah, ternyata benar
adanya, bahwa Allah selalu kasih kemudahan-kemudahan dalam satu kesulitan. Hal
yang paling membahagiakan adalah, perjalanan ini mengantarkan saya menemui
banyak orang-orang baru, kenalan baru, hingga yang menganggap saya seperti
keluarga baru. #terharu. Awal tahun ini luar biasa, dan harus bilang apa?
Alhamdulillah,,,
Apakah sampai di sini cerita di bulan Januari di Misool tahun
ini? Oh tentu tidak, Allah kasih banyak sekali kesempatan untuk menikmati hidup
di timur Indonesia itu. Bersambung insyaa Allah… ^_^
@mkusmias dengan setumpuk kenangan 2015
@mkusmias dengan setumpuk kenangan 2015
Bagus
ReplyDeleteBagus
ReplyDeleteMaacih my beloved Bi Ipeh.... Hehe
ReplyDeletewah pengen banget ke Misool belum kesampaian, thanks for sharing ya mbak
ReplyDeletewahh... iya sama-sama.. mudah2an bang Syafiatuddiniah berkesempatan mengunjungi kepingan surga dunia itu... hehe
DeletePengen ke misool. Waaa. Kpn ya
ReplyDeletemudah-mudah2an kesampaikan menginjakkan ke tempat yang kata org sana disebut dengan surga yang jatuh ke bumi itu yah mba.. hehe
DeleteKeren penelitiannya, terima kasih sudah berbagi ya mbak :)
ReplyDeleteyapzz...sama-sama... terimakasih juga sudah berkunjung ke sini ya,,, :)
DeleteHuaa. terharu aku.. :(
ReplyDeletey ampun langit fafanlap. aku harus kunjungi lagi !
bener banget nip... ke sana lagi pan-kapan. makasih hanip sudah baik banget sama aku,..hehe
Delete