Beberapa waktu yang lalu, saya menghadiri kajian tentang “Pernikahan” yang menghadirkan ust. Triasmoro. Awalnya agak males gitu saya berangkatnya.. entah saya belum mau mikir begituan.. tapi akhirnya saya berangkat juga. Bagi saya,,, gak harus berencana mau nikah baru ikut kajian “Pernikahan”. Tapi seringnya disindir, “ciee… udah ikud kajian gituan..”. bagi saya,,

entah mau nikah saat ini, dalam waktu dekat ini, atau nanti-nanti,, yang penting cari ilmunya dulu itu penting. Saya sudah mulai mengoleksi buku-buku tentang Nikah sejak SMA akhir. Dan saya biasa saja,, nyatanya sampai sekarang saya malah belum nikah-nikah.. haha… #asikin aja,,, eh tapi saya gak galau ya...
Baik,, tentang Pernikahan Bahagia (judulnya umum banget,, tapi gak papa ya, yang penting isinya), ada beberapa point yang bisa dijabarkan tentang tema ini.
Point pertama,
 --maaf, saya telat dan ketinggalan bagian awalnya. Waktu saya datang, penjelasannya sampai Rosullullah yang membagi-bagi waktu buat keluarganya--. Jadi, rosulullah saja punya waktu untuk mendengarkan cerita-cerita Aisyah di rumah, padahal rasulullah saw adalah pendakwah juga, kerjaannya mungkin lebih sibuk dibanding pendakwah seperti kita ini, tapi beliau tetep punya waktu untuk keluarganya. Nah diharapkan bapak-bapak yang hadir di sini, atau pun para suami, sisihkanlah waktumu untuk sekedar mendengarkan cerita istri dan anak-anak. Apalagi mendengarkan cerita istri. Kita tahu bahwa wanita itu memang suka cerita, nah kalo bukan cerita ke suami ya nanti istri-istri akan cerita ke luar. Ini yang harus diperhatikan, rusaknya suasana rumah tangga dipicu dengan hal-hal sepele seperti ini. Jika istri suka cerita ke luar, maka peluang untuk rumah tangga jadi kurang harmonis bisa saja terbuka. Tidak ada yang menginginkan yang demikian bukan??

Point kedua, keseimbangan antara hak dan kewajiban. Rumah tangga yang diidamkan itu mampu menghadirkan keharmonisan. Rasa harmonis ini timbul karena terpenuhinya hak dan kewajiban yang dilaksanakan secara seimbang. Suami-istri sama-sama faham mana yang menjadi kewajibannya dan yang menjadi haknyanya. Semua dijalankan secara seimbang.
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (Q.S Muthaffifin: 1-3).
Ayat ini bercerita tentang orang yang tidak jujur dalam menakar timbangan. Melebihkan takaran untuk dirinya, serta mengurangi takaran untuk orang lain. Inilah orang yang curang, tidak jujur dan tidak adil. Adil sesuai takaran artinya seimbang. dalam konteks keluarga, jika menempatkan hak orang lain sesuai porsinya dan menjalankan kewajiban sesuai kadarnya, maka itulah keseimbangan. Apabila tidak seimbang dapat diartikan orang yang curang seperti ayat di atas. Jadilah orang yang adil dalam keluarga dan seimbang melaksanakan kewajiban dan menunaikan hak anggota keluarga.
Seperti naluriahnya seorang wanita yang ingin dimengerti, maka laki-laki itu minta dipercaya. Oleh karena itu, jika Anda seorang laki-laki maka berikanlah pengertian kepada istri. Dan apabila Anda seorang istri maka berikanlah kepercayaan kepada suami. Keseimbangan ini akan menimbulkan kenyamanan. #Seimbang bikin Nyaman. :)


(bersambung insyaa Allah…)
aku ingin bercerita pada malam,
sunyinya membuat ku tenang,
heningnya membuat pikiranku gamblang,

malam,,,
begitu sulitnya hidup ini jika dijalani hanya dengan emosi, tanpa kejernihan hati...
meski bertubi-tubi masalah menghampiri, aku memilih untuk terus menapaki,,,
malam,,,
aku belajar darimu,
semakin larut malam, semakin cepat datangnya fajar...
masalah itu,, jika titik puncak masalah sudah ditemui,,
maka semakin dekat pula dengan solusi....

malam,,,
aku sudah letih rasanya untuk percaya dengan manusia,
karna banyak manusia hanya menyisakan rasa kecewa,
aku tahu hidup tak selamanya bahagia, juga tak hanya berisi sengsara,,,
kau tahu, derita jiwa badan pun ikut merasa,

aku hanya ingin bercengkrama padamu, malam,,,
karna sekarang tak ada manusia yang bisa kupercaya….
meski besuk aku akan datang pada mereka untuk sekedar menyapa
karna kecewa akan hilang ketika senyum tersimpul pada wajah yang ceria

Nampaknya seluruh umat islam sepakat bahwa bulan puasa adalah bulan penuh berkah yang di dalamnya terdapat banyak peluang meraup pahala berlipat-lipat. Jika diibaratklan dengan senjata, ramadhan bak pisau bermata dua, kita bisa banyak mendapat untung darinya jika memanfaatkannya dengan baik, pun juga dapat menjerumuskan kita karena kita lalai dengannya. Banyak artikel yang menjabarkan keutamaan Syahrul Romadhon yang berisi hal-hal yang membuat kita semangat beramal baik di bulan ramadhan. Namun sadarkah kita bahwa Ramadhan juga memiliki sisi lain yang bisa mendatangkan kerugian? 

 1.  Bulan terhalang masuk jannah 

ramadhan terkenal sebagai bulan ampunan. Inilah keberkahan bulan ramadhan, Allah berikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaubat dengan sungguh-sungguh di bulan ini. Sehingga amatlah sayang jika kita tidak sampai mendapat ampunan dari Allah. Bertambah rugi dengan kerugian yang berlipat-lipat jika kita terhalang masuk ke jannah Allah lantaran tak mendapat ampunan-Nya. Seperti perkataan Jibril kpd Muhammad shallallahu alaihi wasallam,
يَا مُحَمَّدُ مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ ، فَمَاتَ ، فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ ، فَأُدْخِلَ النَّارَ
“Wahai Muhammad, barangsiapa yg mendapatkan Ramadhan, tapi dia mati dalam keadaan tidak mendapatkan pengampunan, maka semoga dimasukkan ke dalam neraka.” (HR Thabrani, dishahihkan oleh al-Albany)
dan doa Jibril ini diamini oleh Nabi.

2.  Bulan terhalang dari kebaikan
ramadhan, moment yang memudahkan kaum muslimin untuk semakin dekat dengan pintu jannah. Ibadah-ibadah yang jika dilakukan akan mendapat pahala berlipat dari Allah. Namun, ramadhan menyisakan sisi lain yaitu manusia menjadi terhalang dari kebaikan. Sungguh merugilah.

Nabi shallallahu alaihi wasallam setelah menyebutkan keutamaan Ramadhan lalu bersabda,
مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Barangsiapa terhalang dari kebaikan di dalamnya, sungguh ia benar-benar terhalang.” (HR an-Nasa’i dan Tirmidzi, shahih).


Jika di bulan ramadhan yang sangat kondusif untuk beramal baik lebih banyak dan lebih khusyuk saja tidak bisa mengambil manfaat, bagiamana dengan di bulan-bulan lainnya yang lebih berat dan lebih banyak godaannya tentunya.

Semoga ramadhan bisa membawa kita pada maghfirah, dan kebaikan amal sehingga pintu-pintu surga terasa lebih dekat. aamiin ya Mujib.

wallahu a'lam.





Bismillahi,,,

Seperti biasa jam lima sore gini duduk-duduk santai, streaming rds fm. Tiba-tiba teringat kejadian kemarin hari. Tiba-tiba ada sms masuk,
“Assalamu’alaikum Warahmatullaahi wabarakaatuh. Mbak Mia?”
Tentu saya bertanya-tanya dalam hati dan mengernyitkan alis. Siapa ini? Iseng banget sms gini. Ahh paling beneran orang iseng. Sesaat tidak saya perhatikan lagi dan pikiran saya sudah beralih dengan urusan lain. Maklum lah ya,,, sok sibuk gitu…eh, beneran sibuk, gan.. hehe.. tapi beberapa jam kemudian, hati menjadi penasaran. Siapa gerangan yang sms gitu?? Kok manggilnya Mia ya??

Hemm,,, pasti bukan orang yang kenal saya sejak lama. Karena orang yang sudah lama kenal saya manggilnya bukan pake nama itu. :D Kulihat hape pinter (smartphone)ku, ku lihat dan ku baca kembali pesan singkatnya. Tak lama kemudian jemariku menulis pesan balasan dengan tanpa pikir panjang. Dalam pesan singkatku, aku menanyakan jati dirinya. Dan Apakah ada yang bisa saya bantu?? Agak lama kemudian, ia membalas smsku. Intinya, dia (seseorang yang memang tak pernah saya kenal) menawarkan kamus bahasa arabnya ke saya. Sambil mikir-mikir, saya memang beneran mikir,,, hehe. Kok?? Kenal juga enggak, tiba-tiba nawarin kamus bahasa arab? Saya balas pesan singkatnya untuk kedua kali, saya tanyakan maksudnya apa, dan kenapa harus menjual kamus. Jika alasannya logis, saya akan beli. Lalu tak lama kemdian, lelaki yang mengaku namanya Ahsan itu membalas,

“bismillaah, ana tdk ada barang berharga lain yang bisa dijual selain buku dan kitab2. Sudah 3 hari ini keuangan ana benar2 kosong karena untuk kuliah, ana tdk mau berhutang, sebisa mungkin ana jual apa yang bisa dijual. Ana harus segera mengetik tugas, kemudian menjilidnya, waktu ana sebenarnya sudah tidak ada, sudah telat beberapa hari dari deadline. Jazaakillaah.”

Sehabis mbaca pesan itu rasanya…. Hembusan napas panjang pun keluar dari hidung. Ya Robb.. ternyata memang ada pejuang toga jaman ini yang benerbener bersusah payah. Perjuangannya.. masyaAlloh. Berhari-hari tanpa uang, dikejar deadline tugas akhir. Allohumma…. Kayaknya saya belum ada apa-apanya. Alhamdulillah, aku belum pernah merasakan sampai segitunya. Diri ini,,,, malu sekali, masih mudahnya telpon ortu, “buk, lagi butuh ini, perlu itu buat ngerjain ini itu”, “pak, nembe perlu biaya ini, biaya itu..”. Allohu Robbi…. Gak kuat deh rasanya mbayangin nasib si masnya itu. Saya paling gak kuat kalo tahu sodaranya lagi butuh pertongongan kayak gitu. Gak tegaan saya. Dan Gak pikir lama, saya meng-iya-kan tawaran kamusnya.
Akhirnya kami jadi transaksi di maskam ugm. Acara transaksi “aman” insyaAlloh… Gak ada 3 detik. Saling barter, meletakkan barang dan uang. Tanpa basa-basi, tanpa banyak omong, apalagi pandang memandang. Saya Cuma mendengar ucapan “jazaakillah khoir” yang pelan sekali. transaksi selesai.
Transaksi insyaAlloh aman. Masnya juga orang faham insyaAlloh. Ustadz malah kayaknya. 
Memang agak gimana gitu sih,,, baru kali ini ada orang tak dikenal tiba2 sms nawarin kamus bahasa arob. Sebenarnya saat ini saya sedang gak butuh kamus bahasa arab sih, apalagi saya sudah punya, meski kecil sih. Yang penting kan punya. Hehe… Tapi ya,, gak papa deh. itung-itung mbantu sodara semuslim. Semoga bermanfaat dan barokah. Mana bisa nolak, kalo ada orang minta bantuan gitu. Liat gambar anak kecil meluk adiknya -dengan kondisi tak terurus- saja bisa nagis sendiri. Apalagi ini ada orang yang secara terang-terangan sedang butuh bantuan. Gak tega,,, gak tega,,,

Di perjalanan menuju pulang, hati masih bertanya-tanya, siapa ya orang itu? Kok bisa-bisanya dapet no hp ku? Apakah malaikat membisikkan no ku ke dia dan menunjukkan: ini lho namanya mia yang baik hati dan tidak sombong suka menabung, bakalan bantu kamu…. Hehehehe…. saya menulis cerita ini bukan menggarisbawahi tentang cerita transaksinya. namun, saya ingin mem-bold plus underline dan italic tentang saling bantu-membantu pada saudara seiman. Hati pun bertanya-tanya. Kemana teman-teman seimannya?? kemana teman-teman sekontrakan/sekosnya?? keman teman-teman ngajinya?? Sedang pingsan ya gak nyadar kalo ada sodaranya yg lagi butuh bantuan sampe harus jual buku-buku dan kitab-kitab?? Ukhuwah, mana ukhuwah yang selalu terucap manis di bibir itu? Katanya satu tubuh?? Katanya sodara??katanya sohib?? Hey, pada kemana?? 

Tapi ah,,,, Mungkin kawan-kawannya juga lagi menanggung nasib yang sama dengannya. Ya sudahlah.. apapun itu saya berharap temen-temen deketnya gak cuma diem.
kejadian ini membuat saya berfikir dan langsung ingat dengan teman-teman akhwat. ibrohnya, semestinya sebagai teman lebih memperhatikan keadaan teman yang lain. tangan akan selalu rela untuk diulurkan. pikiran pun menerawang bebas, teman-teman akhwatku, apa kabar kalian di sana? apakah kalian juga sedang dalam kesulitan?


Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR Muslim)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “sembahlah Alloh (saja) dan jauhilah thogut,.. “ 
Q.S An-Nahl: 36)

Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat yang ma’ruf) dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebnayakkan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
(Q.S Ali-‘imron : 110).

Islam datang melalui para nabi-nabi pilihan yang dikehendaki Alloh yang pada akhirnya disempurnakan sejak kenabian Muhammad sholallohu ‘alaih wa sallam. Umat islam dilahirkan menjadi umat terbaik karena tugas dakwah yang diembannya. Tujuan utamanya ialah tegaknya kalimat tauhid, mengembalikan fungsi manusia sebagai hamba penyembah Alloh saja, dan menegakkan syari’at islam di muka bumi ini (pada tataran masyarakat global) serta meraih Ridho Alloh  Subhanahu wa Ta’ala. Menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah terjadinya kemungkaran merupakan bagian dari tugas umat muslim demi terwujudnya tujuan tersebut. Inilah da’wah mulia islam yang datang di muka bumi ini.

Pelaksanaan da’wah itu sendiri dapat dikerjakan secara individual dan jama’ah. Dakwah secara individu dapat melalui akhlak atau perbuatan kita dihadapan manusia dalam keseharian. Rosululloh disegani oleh banyak kalangan pada jamannya karena gelar Al-Amin yang melekat pada diri beliau, dan ini adalah da’wah. Tidak semua da’wah dapat dikerjakan sendiri. Tegaknya syari’at islam di muka bumi ini mustahil jika dilakukan seorang diri. Inilah pentingnya amal jama’i. islam sendiri datang menyeru agar manusia hidup secara berjama’ah, mengimplementasikan ajaran-ajaran islam secara berjama’ah. Islam takkan bisa tegak sempurna jika tanpa jama’ah.

Namun, bagaimanakah jama’ah islam itu sendiri?? Fenomena yang ada ialah saat ini sudah tidak adanya Jama’atul Muslimin, yang ada ialah Jama’atul minal Muslimin. Jama’atul Muslimin hanya ada jika diterapkannya khilafah islamiyyah. Jama’atul Muslimin itu ialah pada masa Rosululloh dan shahabat dan pada hari yang diKehendaki Alloh nantinya. Setelah tumbangnya kepemimpinan khulafaur rosyidin, Jama’atul Muslimin telah tiada karena tidak lagi diterapkannya khilafah islamiyyah. Jama’ah yang dalam aspek politik pun tidak dapat diterapkan, yaitu berkumpul hidup di bawah sebuah Negara islam, di bawah kepemimpinan imam/khilafah yang sah secara syar’i.

Dikarenakan tidak adanya Jama’atul Muslimin sekarang ini, muncullah Jama’atul minal Muslimin dengan banyak penamaan. Kemudian apakah terbentuknya Jama’atul minal Muslimin merupakan realisasi dari hadits iftiroqul ummah (perpecahan di tubuh ummat islam)? Terbentuknya Jama’atul minal Muslimin tidak dapat dikatakan suatu pelanggaran selama masih berpegang teguh di atas jalan Al-Qur’an wa As-Sunnah sesuai pemahamannya Rosululloh dan tiga generasi emas. Iftiroq disini artinya firqoh (golongan) yang keluar dari jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan para imam kaum muslimin beserta jama’ahnya serta menyimpang dari manhaj as-salaf as-sholih. Jama’atul minal Muslimin yang benar ialah menyuarakan dan memahamkan pada ummat tentang urgensi Jama’atul Muslimin. Artinya, setiap Jama’atul minal Muslimin memiliki satu azzam menuju Jama’atul Muslimin.

Pemahaman yang kurang dalam mengenai Jama’atul minal Muslimin dan Jama’atul Muslimin menyebabkan timbulnya paradigma kesukuan (golongan) yang membentuk sekat antar Jama’atul minal Muslimin. Paradigma ini biasanya dipahami bagi sebagian muslimin yang termasuk masih awal dalam memahami islam. Maka dari itu, hendaknya bersabar dalam menuntut ilmu din sampai menemukan hakikat ajaran islam yang kaffah. Ahlus sunnah wa Al-jama’ah adalah siapa saja yang menjadikan jalan hidup Rosululloh dan tiga generasi setelahnya sebagai manhaj dalam memahami dan mengimplementasikan ajaran islam. Jadi, aswaja bukanlah suatu monopoli `golongan tertentu yang kemudian menganggap diluar dari golongan tersebut bukanlah aswaja, tetapi siapa saja yang mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya. Hendaknya inilah yang dipahami ummat saat ini agar tidak terjebak pada pengakuan belaka dan menghilangkan adanya sekat antar ummat muslim yang sejatinya adalah satu jalan aqidah dan tujuan. Satu tujuan yang bisa jadi cara menuju tujuan yang berbeda.

Sekiranya langkah yang mendekati sesuai jika masing-masing dari ummat muslim meninggalkan pengakuan atas nama kelompok tempatnya menuntut ilmu dien yang terkesan mengkotak-kotakkan islam itu sendiri (missal, saya salafi, kamu ht, saya jt, kamu im/tarbiyyah,mmi, dan lain sebagainya). Alangkah lebih baiknya meninggalkan yang demikian, lebih baik sama-sama beramal yang dengan amal itu bisa memperbaiki ummat. Karena, betapa masih banyaknya ummat hari ini yang masih belum faham iman, ibadah, aqidah, dan masih suka sinetron, ramalan zodiac,dll. dalam mewujudkan persatuan ummat, perlu kiranya kita meninggalkan perdebatan yang sifatnya furu’ (cabang) karena tidak akan pernah ada habisnya. Apapun cara yang ditempuh ummat ini dalam meuwujudkan tujuan selama tidak melanggar syari’at, anggaplah itu sebagai warna-warna yang saling melengkapi nuansa dakwah. Bagi sebagian saudara-saudara yang getol menyuarakan jihad, ya itulah salah satu warna islam karena islam juga berbicara tentang jihad. Bagi sebagian saudara-saudara yang memperjuangkan khilafah ya itulah warna islam karena islam membahas tentang khilafah. Bagi sebagian saudara-saudara kita yang berjuang di ranah politik, biarkan mewarnai perpolitikkan. Bagi saudara-saudara kita yang semangat menuntut ilmu dinnya sangat membara, ya begitulah seharusnya jiwa setiap muslim yang memiliki azzam untuk memahamkan diri dan ummat terhadap ilmu dien yang mulia. Bagi saudara-saudara kita yang dakwahnya langsung bersinggungan dengan masyarakat yang ia jumpai di daerah-daerah, ya itulah warna islam yang memasyarakat, merangkul masyarakat untuk mengenal agama lebih dalam. Begitulah karakter masing-masing dari sebagian saudara-saudara seiman kita yang seharusnya tidak dipermasalahkan secara ghuluw sampai menimbulkan persangkaan buruk, kedengkian bahkan pecahnya ukhuwah islamiyyah. Itulah karakter yang dibawa dan warna-warni yang saling melengkapi.

 Saat ini yang baru bisa kita lakukan ialah menghargai dan saling mendukung dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Adapun jika ditemui suatu kesalahan dalam prakteknya, hendaknya ditegur dan ditabayunkan secara hikmah.  Saling menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran agar tidak termasuk golongan kebanyakan manusia yang merugi. Inilah yang mestinya dipahami agar tujuan dakwah yang utama dapat terlaksana. Inilah yang seharusnya dipahami agar ummat muslim yang berjalan di atas jalan yang benar, benar-benar merasakan persaudaraan islamiyyah dengan muslim lainnya sehingga tercapai persatuan dalam rangka menuju tujuan yang sama.

Ummat dapat dipersatukan dengan dua hal; (1) manhaj, sebagaimana yang sedikit sudah disinggung di depan bahwa ummat ini dapat bersatu dengan manhaj (metode dan jalan hidup) yang berasal dari Rosululloh dan tiga generasi emas setelah beliau. (2) peristiwa, ummat islam dapat disatukan dengan adanya peristiwa yang berkaitan dengan ummat muslim, missal: penindasan muslim palestina atas kaum zionis yahudi yang tak kunjung reda (bahkan tak kan reda sampai menjelang hari akhir kelak karena permusuhan antara kaum muslim dan kafir itu pasti), kedzoliman kaum syi’ah terhadap saudara-saudara muslim di suri’ah, konflik afghon, tragedi poso, penindasan dan pengusiran kaum muslim di rohingya, dan penjajahan-penjajahan kaum kafir di tanah tempat berpijaknya kuam muslimin lainnya. Inilah salah satu jalan ummat ini dipersatukan karena adanya rasa ukhuwah islamiyah yang menggerakkan hatinya untuk langsung terjun turut andil menolong saudara-saudara muslim yang tertindas, membantu mereka yang tertindas dengan berbagai kemampuan yang dimiliki baik jiwa, harta maupun sebatas doa. Sebanyak2nya doa juga mereka butuhkan karena kita tidak tau doa dari mulut siapa yang dikabulkan Alloh.

Selain kedua hal tersebut diatas, ummat muslim dapat pula dipersatukan dengan al-wala’ wal baro’. Pemahaman wala wal baro’ yang jelas dan tegas memberikan pemahaman pada ummat tentang siapa yang sebenarnya berhak mendapat loyalitas dan siapa saja yang harusnya di beri baro’ (kebencian dan perlawanan). Sehingga, jelas siapa yang dicintai dan siapa yang diperangi.
Jika persatuan sudah terpupuk maka langkah untuk membangkitkan ummat adalah jalan yang lebih dekat. Ummat dapat bangkit bersama dengan frame berfikir yang senada. Dalam hal ini terutama adalah masalah aqidah karena manhaj sebagai pemersatu ummat berdasarkan aqidah yang haq. Kebangkitan ummat akan mendekatkan dengan kemenangan yang telah dijanjikan. Yaitu terulangnya sejarah kemenangan yang digenggam oleh kaum muslimin. Kebangkitan dan kemenangan  ummat adalah hal yang tidak hanya dinanti, meski kemenangan itu adalah janji yang pasti dari Ilahi. namun semuanya perlu adanya upaya yang nyata.

Perlu diingat bahwa kemenangan kaum terdahulu pun ada sebabnya. Sebab-sebab itulah yang seharusnya kita lakukan sekarang ini sebagai persiapan kita mendapatkan kemenangan kelak. Latihan fisik maupun mental juga mesti dipersiapkan. Ingat, kebersihan hati, nurani, ketaqwaan dan iman adalah bekal kaum terdahulu meraih kemenangan. itulah yang menyebabkan islam berjaya. Juga, menjauhi kemaksiatan, karena kemaksiatan itu penghalang kemenangan. Maka, marilah kita persiapkan dan  ulangi sejarah yang pernah ada,, meraih kemenangan islam.

Ya Robb, jadikanlah tangan-tangan ini menjadi tangan-tangan yang sibuk memperbaiki ummat, berjuang menjemput kemenangan yang Engkau janjikan… jika pun bukan melalui tangan-tangan ini, jadikanlah generasi-generasi dan anak cucu dari pemilik tangan ini yang akan menjemput dan berjuang untuk dien yang haq ini, untuk sebuah Ridho dan RahmatMu,, aamiin,,,

-hamba Alloh akhir zaman-

*essay ini disusun sebagai syarat Training Kepemimpinan Jama'ah Shalahuddin 3 UGM 1434h