Manusia disebut makhluk yang unik karena keistimewaan yang disematkan padanya. Apa itu? Manusia itu unik karena Allah memberi anugerah padanya berupa kemampuan untuk memilih dan bersikap. Manusia itu unik, karena berbeda dengan malaikat ataupun jin. Malaikat diciptakan hanya untuk taat, tidak diberi kebebasan untuk memilih (berdasarkan akal) seperti halnya manusia. Manusia diberi kebebasan untuk memilih karena Allah telah mengilhami manusia berupa dua jalan yaitu jalan yang buruk dan jalan yang baik. Sebagaimana firman Allah dalam surat Asy-Syams ayat 8 yang artinya,

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.”

Sebab musabab diturunkannya Adam dan Hawa dari surga ke bumi pun tak lepas dari “memilih”. Adam dan Hawa tinggal di surga adalah anugerah, lalu iblis membujuk Hawa yang akhirnya Hawa melanggar perintah Allah untuk tidak menyentuh dan memakan buah ‘khuldi’. Hawa telah terbujuk bisikan iblis dan memilih memakan buah pohon larangan itu.

Dan Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai) makanan yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (Al-Baqarah: 35-36)

Pada akhirnya, taubat Adam dan Hawa pada Allah pun merupakan wujud sebuah pilihan.

“Robbana dholamna anfusana wa in-lam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin (Ya Allah, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Danjika Engkau tidak mengampuni kami niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-A’raf: 23)

Dan pilihan Adam untuk bertaubat disambut dengan ampunan Allah.

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat (kata-kata untuk taubat) dari Rabbnya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah: 7)

Adam dan Hawa memilih kembali kepada jalan lurus-Nya. Ini artinya, mereka memilih kehidupan mereka dengan cara bertaubat.

Kebebasan yang melekat pada diri manusia adalah potensi manusia untuk menjadi manusia yang sempurna. Demikian juga, kebebasan yang melekat padanya adalah ujian bagi manusia itu sendiri. Karena, kebebasan itu akan mengantarkan manusia pada pilihan baik atau buruk.
Hakikat kebebasan untuk memilih itu ada dua:
Kebebasannya untuk memilih sesuatu yang didasarkan pada impuls-impuls hawa nafsu, yang pada akhirnya menjerumuskannya pada jalan yang buruk, ingkar, dan fasik kepada Allah.
Kebebasannya untuk memilih sesuatu yang mengantarkannya menjadi makhluk yang bermakna (taqwa). Saat pilihan manusia menjadikan ia menjadi makhluk yang bermakna, maka terjadi integralisasi, yaitu melihat fenomena kehidupan dan mengintegrasikan serta memaknainya dengan ayat-ayat Al-Quran.

Manusia memiliki kedudukan di tengah-tengah antara malaikat dan binatang. Jika dengan akalnya manusia memilih untuk taat pada Allah, maka ia akan menjadi manusia yang beruntung di sisi Allah. Namun, jika manusia dengan akalnya memilih untuk ingkar pada Allah, maka kedudukannya sangat hina bahkan lebih rendah dari binatang. Mau memilih yang mana kita?

Kebebasan yang dihadiahkan kepada manusia juga menjadi tanggung jawab bagi manusia itu sendiri. Karena setiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing di sisi Allah kelak.

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (Al-Isra’: 36)

Kebebasan memilih akan mengantarkan pada kebebasan bersikap. Ada satu cerita unik yang baru saya ketahui belakangan ini. Pada sebuah acara peringatan 200 tahun Charles Darwin, diceritakan bahwa penelitian Darwin yang memunculkan teori “nyeleneh” itu berawal dari kematian anaknya yang berumur 10 th. Anaknya ialah putra kesayangannya sehingga saat ia meninggal Darwin merasakan kesedihan teramat mendalam. Darwin “protes” kepada Tuhan yang mengambil anak kesayangannya. Lalu, ia melakukan penelitian yang akhirnya teorinya mendapat banyak penentangan terutama dari kalangan para agamis.

Diceritakan bahwa Darwin melakukan penelitian tersebut karena ingin melakukan penelitian yang tidak perlu lagi penjelasan dari kitab suci. Jadi dapat dikatakan, ada dendam pada Tuhan dalam penelitiannya sehingga melalui penelitiannya Darwin ingin menjauhkan manusia dari kitab suci mereka.

Mengapa diambil kisah ini? Apa hubungannya dengan kebebasan memilih pada manusia? Berdasarkan kisahnya, Darwin adalah contoh manusia yang pada akhirnya memilih untuk ingkar pada Tuhan dalam kesimpulan berpikirnya. Sama seperti halnya seseorang yang diberi ujian yang bertubi-tubi dan tak ketemu titik penyelesainnya, lalu berpikir, “Kok Allah gak adil sih?” Orang yang demikian adalah orang yang pada akhirnya memilih untuk tidak bertakwa pada Allah.

Sebagai seorang yang menekuni bidang biologi, saya tidak sepakat dengan kesimpulan pikiran Darwin yang menyatakan bahwa manusia bermoyangkan kera hanya karena alasan kemiripan morfologinya saja. Kenapa harus dikaitkan dengan nenek moyang atau asal usul?

Nampaknya ini kesimpulan yang sangat dipaksakan. Jika kita adalah insan beragama, semestinya menyimpulkan bahwa ditemukannya morfologi yang sama pada tulang-belulang kera dan manusia karena Sang Penciptanya—yang adalah satu Dzat yang sama, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala—memang menghendaki kemiripan tersebut. Jika memilih cara berpikir yang demikian, bukankah akan menambah keimanan kita sehingga menjadikan kita bertambah takwa dan bukan sebaliknya?

Ilmu yang berjalan satu alur dengan sunnatullah di alam raya ini, apapun bidangnya, jika mampu mengantarkan kita pada cara berpikir yang benar dan semakin membuat kita dekat dengan Allah, itulah ilmu yang bermanfaat.

Barangkali ada benarnya pepatah yang mengatakan, “Hidup itu pilihan.” Lika-liku yang terjadi di dalam kehidupan menuntut manusia untuk memainkan pilihannya. Apakah ia akan mengambil pilihan yang mendekatkan dirinya pada Rabb ataukah sebaliknya. Di titik inilah setan turut campur tangan. Setan telah bersumpah akan menjerumuskan dan membujuk manusia agar ingkar kepada Allah. Kenapa manusia tergoda dengan bujukan setan? Karena manusia sejal awal telah diberi kebebasan memilih: ingkar atau taat pada Allah. Namun iradah syar’iyyah Allah selalu menghendaki setiap hamba-Nya melakukan hal-hal yang baik.

Wallahu a’lam bishowwab.
artikel ini juga dimuat di sini.. monggo mampir juga .. :)

Ramadhan sebentar lagi. Tak genap satu bulan ramadhan menyapa kita kembali. Selain berdoa kepada Allah agar dipertemukan Ramadhan sang tamu istimewa, perlu diperhatikan ya shalihat, kewajiban hutang puasa ramadhan pada tahun sebelumnya harus sudah terbayar LUNAS. (tok.. langsung ngecap) :) :). Apalagi hampir setiap muslimah pasti memiliki hutang puasa karena kebiasaan haid tiap bulannya. Mengqadha puasa ramadhan hukumnya wajib, ya shalihat.

Pernahkah kamu menghadapi suatu masalah dengan orang lain? Jika kamu manusia, pastilah menghadapai masalah dalam hidupmu. Masalah dan manusia selalu berjalan beriringan. Namun janganlah resah, karena di sampingmu masih teriring Solusi. Kali ini saya tidak ingin membicarakan tentang solusi. Tapi saya ingin bercerita tentang perjalanan ke Bromo dua pekan lalu.