Kita manusia yang lemah tidak bisa melihat
secara pasti tentang masa depan. Masa depan adalah waktu yang menjadi takdir
yang luar biasa. Waktu adalah dimensi tempat yang tabirnya tidak bisa dijebol.
Karena masa depan tidak bisa dilihat, maka manusia sebagai makhluk yang
terlibat di dalam waktu harus menghadapi satu hal yaitu ketidak pastian. Di
balik ketidak pastian mengandung resiko dan kemungkinan. Kemungkinan yang
dihamparkan hanya ada dua hal; kemungkinan baik yang selanjutnya menjadi
“harapan”, dan kemungkinan buruk yang sering menjadi penghindaran. Manusia
hanya bisa melihat kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi karena di
sinilah kelemahan manusia; memiliki keterbatasan dan ketidak berdayaan. Oleh
karenanya, manusia perlu memiliki pegangan dan andalan untuk menghadapi dan
menjalani masa depan yang masih ghaib, yang tidak bisa dilihat mata namun hanya
bisa diraba.
Andalan tersebut dalam ilmu Psikologi
disebut sebagai Anchor. Seseorang
bisa memutuskan sesuatu karena mengandalkan sesuatu. Misalnya, seseorang yang berani
menikah muda, pasti memiliki andalan yang menjawab pertanyaan “kenapa berani
menikah di usia muda?”. Seseorang berani mendaftar ujian masuk Universitas
ternama karena memiliki andalan yang menjawab pertanyaan “kok berani-beraninya daftar Universitas keren itu?”. Seseorang berani berdagang karena memiliki andalan
berupa modal, misalnya. Seseorang berani mengambil keputusan meski beresiko,
karena memiliki suatu andalan. Andalan itulah yang biasa disebut sebagai
Anchor.
Anchor terdiri dari 4 hal (layers of anchors) :
Contoh dari sesuatu
berupa materi yang menjadi andalan manusia misalnya ijasah, uang, mobil, dan
sebagainya. Seseorang merasa bisa berbuat sesuatu atau berani memutuskan suatu
keputusan karena mengandalkan materi. Seseorang berani melamar sebagai manejer
sebuah perusahaan karena memiliki ijasah dengan predikat kelulusan cumlaude,
misalnya. Seseorang berani melamar seorang gadis karena ia sudah mapan dan
kaya, misalnya. Seseorang berani membuka usaha dagang karena memiliki modal
yang banyak, misalnya saja. Pada anchor ini, seseorang mengandalkan sesuatu
berupa materi yang tampak sebagai alasan dan andalan kuat ia memutuskan suatu
hal.
Anchor tipe ini
meletakkan dirinya sendiri sebagai sumber kekuatan utama. Ia beranggapan bahwa
sumber kekuatan terletak pada dirinya sendiri, bukan dari sumber lain. Contohnya,
tokoh besar Bill Gates. Bill Gates beranggapan bahwa kesuksesan yang mampu
diraihnya tidak lain dan tidak bukan karena kemampuan dan kekuatan dirinya
sendiri. Anchor dengan meletakkan “self” sebagai andalan hidupnya akan
mempertuhankan diri sendiri. Tentu, seorang muslim yang taat seharusnya
terhindar dari anchor tipe ini.
Anchor tipe ini
hanya akan berakhir sia-sia. Karena ia bukanlah raja, kekuatan dan kemampuan
dalam dirinya yang diagung-agungkan bukanlah sesuatu yang sempurna. Anchor
jenis ini menafikkan kekuatan Allah (Tuhan) sebagai Dzat Yang Maha Kuasa, Rabb
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Berkehendak dan Maha Memiliki Kekuatan. Saat
dirinya sadar bahwa ia tak lagi berdaya, maka tak ada pilihan lain kecuali
mengakhiri hidupnya. Dan inilah yang pada akhirnya dipilih oleh Bill Gates. Bunuh
diri. Na’udzubillah.
Memang perlu
diwaspadai jika memiliki anchor yang meletakkan “self” pada kedudukan
tertinggi. Orang dengan anchor tipe ini akan merasa dirinyalah yang paling
hebat, sehingga akan melihat orang lain sebagai sesuatu yang lebih rendah, akan
tumbuh benih-benih sombong dalam jiwanya. Padahal Islam menginginkan pemeluknya
jauh-jauh dari penyakit-penyakit hati ini.
“Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Andalan berupa “self”
ini, Al-Qur’an juga bercerita. Dialah Qarun yang peraya bahwa ia mendapatkan
kekayaan dan harta karena kekuatan yang ada pada dirinya saja. Sebagaimana
dikisahkan dalam Al-Qur’an bahwa Qarun berkata,
“sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu
yang ada padaku.”
(Q.S Al-Qoshosh:
78).
“sesungguhnya aku
diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.” (Q.S Az-Zumar: 49)
Maka, orang yang
meletakkan anchor “self” dalam posisi tertinggi, dunianya hanya akan binasa dan
hidupnya hanya sia-sia belaka. Kita mesti ingat bahwa ada Allah yang Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan,
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al-Mulk: 1)
Andalan berupa
“other” yakni mengandalkan orang lain atau sesuatu yang datang dari orang lain.
Misalnya, seseorang yang semangat update status di media sosial karena berharap
banyak yg klik “like” dan komentar suka. Ia akan menjadi semangat dan merasa
hebat saat ada pengaruh dari orang lain. Orang dengan tipe anchor ini sering
kali mengandalkan sesuatu dari orang lain. Baik itu kekuatan dari orang lain
ataupun “pemberian” dari orang lain.
Virtues adalah
sesuatu yang baik, sesuatu yang arif. Kearifan yang terletak di dalam hati
nurani seseorang. Ia meliputi prinsip-prinsip kehidupan, ataupun sunnatullah.
Anchor tipe ini dianggap anchor yang paling kuat membentuk kepribadian
seseorang. Dalam kehidupan muslim, saat seorang muslim sadar bahwa dirinya
lemah dan Allah yang Maha Kuat, dan keimanan telah mengakar kuat dalam
sanubarinya, di saat itu pula ia gantungkan seluruh hidupnya kepada Allah, maka
itulah The Strongest Anchor. Bergantung
pada Allah (Tuhan) dan nilai-nilai kebaikan. Inilah contoh bentuk anchor tipe
virtues, selalu dapat mengambail hikmah dan hanya Allah tempat ia bergantung. Seseorang
yang memiliki anchor virtues, yang mengandalkan Allah dalam hidupnya, akan
mudah mengantarkan ia pada titik taqwa.
“Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlas [112] : 2)
Anchor / andalan
seseorang akan membentuk kepribadian orang tersebut. Anchor tipe “self” akan
membentuk pribadi yang selalu pede, kepedean
yang mengarah pada keangkuhan dan menafikan akan campur tangan Tuhan dalam
kehidupan. Anchor tipe “material” hanya mengandalkan barang-barang mati yang
tak selamanya bisa berguna. Ia pun disibukkan dengan materi-materi dunia yang
tak pernah kekal selamanya. Anchor tipe “others” hanya akan membentuk pribadi
yang mengandalkan sesuatu yang datang dari orang lain. Ia akan selalu terdorong
untuk mencari dan “meminta” sesuatu dari orang lain. Jika ia berbuat, perbuatannya
pun tak ada nilai ikhlas dalam hatinya. Bagi seorang muslim, niat tentu hal
yang fundamental karena ia penentu diterimanya amal di sisi Allah.
Meski pun yang
dilakukannya itu baik, namun jika niatnya melenceng dari ikhlas karena Allah,
maka sia-sialah amalnya itu. Amalnya tak lain hanya menyisakan lelah di setiap
langkah saja.
Maka, untuk menjadi
pribadi yang kuat, baik, dan mulia adalah dengan memiliki anchor “virtues”. Ia
mengandalkan pada hikmah dan prinsip yang baik dalam kehidupan, tentu sumber yang
ia andalkan adalah pada Dzat yang Maha Kuat lagi Kekal, yaitu Allah Suhbanahu wa Ta’ala. Inilah anchor yang
paling kuat. Meski anchor ini abtrak, namun kekuatan-Nya begitu nyata. Anchor ini
membentuk kepribadian seseorang menuju titik taqwa. Setelah mengetahui anchor
sebagai pembentuk kepribadian manusia, lalu yang manakah anchor dalam hidup
kita selama ini? #Refleksi.
Hasbunallahu
wa ni’mal wakiil, ni’mal maulaa wa ni’man nashiir. Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah
sebaik-baik pelindung.
Wallahu a’lam
bishshowab.