Suatu saat, teman saya berkisah tentang seorang gadis yang melengkapi identitas dirinya di atas kertas biodata diri. Ada hal yang tidak biasa yang ditulis oleh seorang gadis itu. Pada umumnya, setiap orang akan menuliskan "dokter", "guru", "insinyur", "perawat", atau apapun pada kolom Cita-cita. Namun, gadis ini menuliskan hal yang berbeda. Di kolom cita-cita, ia menuliskan "saya ingin menjadi (seperti) ibu saya". Jawaban yang tak biasa ditulis oleh kebanyakan orang.
***
Mendengarkan cerita
teman saya itu, membuat saya sejenak menunduk. Seolah pandangan saya menempus
tempat nun jauh di sana. Teringat pada sosok seorang perempuan yang teduh
wajahnya, lembut senyuman dan belaiannya. Saya teringat pada sosok ibu saya. Ada
benarnya juga jawaban murid tadi. Menjadi ibu seharusnya dijadikan cita-cita
no. 1 sebelum cita-cita apapun. Menjadi ibu memang sebuah kodrat setiap
perempuan. Namun, tidak setiap perempuan sanggup melaksanakan tugas-tugas
seorang ibu layaknya profesional. Saya sangat bersyukur, saya memiliki seorang
ibu yang serba bisa layaknya super hero
di rumah. Ya betul, mestinya setiap perempuan mempersiapkan diri agar bisa
menjadi seorang ibu yang profesional di kemudian hari, sebelum mempersiapkan
menggapai cita-cita yang lain.
Ternyata tidak
ada profesi yang lebih hebat dari pada ibu. Ibu bisa memasak. Bahkan rasa masakan ibu
lebih enak dari pada masakan rumah makan. Mungkin karena ibu memasak menggunkaan
resep ajaib, yaitu cinta yang diberikan setulusnya. Saya teringat saat memasak
bersama ibu di rumah. Sambil meracik bumbu, ibu menjelaskan cara memasak satu
menu. Saya sudah lupa apa itu menunya. “garamnya di kasih secukupnya aja,” kata
ibu sambil menaburkan garam di atas masakan yang sedang dimasak. “kalau garam
secukupnya ya. jangan lupa dikasih cinta setulusnya”, lanjut ibu sesekali
bercanda. Saya pun tersenyum lebar. Mungkin itulah rahasia dapur ibu saat
memasak. Alhasil, masakan ibu selalu bikin
rindu.
Tentu ibu
tidak hanya bisa memasak. Ibu adalah orang yang juga paling ahli dalam menata
rumah agar tetap bersih dan nyaman dihuni. Setiap pagi, senjata ibu adalah sapu,
kemoceng dan kain lap. Di senja hari pun, ibu pasti memegang senjata pamungkas
itu lagi. Jika aku memperhatikan ibu setiap harinya, rasa-rasanya ibu tak akan
pernah jenak untuk duduk jika masih ada barang yang belum tertata rapi. Adikku sering
sekali lupa meletakkan handuk di jemuran kembali setelah selesai mandi. Dan ibu
adalah orang yang paling tidak nyaman jika handuk tidak segera diletakkan di
tempat jemuran. Ibu tidak akan membiarkan piring dan gelas kotor menggunung di
tempat cuci piring. Di ember baju kotor pun, ibu tidak akan jenak memandangi
ember yang bertumpuk pakaian kotor. Semua yang kotor harus segera disulap jadi
bersih. Mungkin itu yang selalu ibu pikirkan jika berada di dalam rumah.
Hanya itu
saja yang dikerjakan ibu? Jangan salah, ibuku memang super hero. Meski mencari uang bukanlah kewajiban seorang istri,
namun ibuku bukanlah tipe wanita yang hanya tergantung pada penghasilan suami. Asal
ayah mengijinkan, ibu dengan senang hati pasti mengerjakan. Ibu selain ahli
memasak, menata rumah, ia juga seorang entrepeneur. Aku sangat kagum dengan
sosok ibuku. aku sudah kehabisan kata-kata untuk mengeksprsikan kekagumanku
terhadap ibuku. Meskipun pendidikan ibuku tak setinggi aku, tapi aku mesti berguru banyak hal kepada ibuku. Mungkin aku belum bisa sehebat beliau untuk menjadi seorang ibu.
Wanita pastilah
lembut kasih sayangnya. Ibuku sudah barang tentu termasuk dalam daftar nama
yang selalu menebar cinta di dalam keluarga. Perasaannya lembut, selembut kapas
putih. Ibu adalah orang yang sigap saat sakitku kambuh. Imun tubuhku memang
menurun sejak aku terkena CMV (Cyto Megalo Virus) tahun lalu. Ibuku sangat
mengkhawatirkan kondisi kesehatanku. Apalagi jika aku jauh dari ibu. Setiap hari,
nama ibuku selalu ada di daftar riwayat panggilan di dalam handphone-ku. Mungkin perasaannya tak kan pernah tenang jika belum
mendengarkan kabar dari anak-anaknya. Tidak ada orang yang lebih perhatian dari
ibuku. ibuku selalu memiliki stok kasih sayang dan perhatian yang tak terbatas
untuk keluarga terutama untuk anak-anaknya.
Ibu juga
memiliki profesi double ganda. Sudah double, ganda pula. Ya seperti itulah ibu.
Karena itulah kusebut sebagai super hero.
Pahlawan super dalam keluarga. Segala hal yang diberikan oleh ibu, membuatku
merenung dan menambah cinta pada pada ibu. Belum ada satu orang pun yang bisa ‘bekerja’
layaknya ibu. Memiliki profesi ganda, serba bisa, dan selalu ada. Ibarat sebuah
pelita yang tak pernah padam, senantiasa menerangi orang-orang terkasihnya. Cahaya
yang tak berhenti menerangi duniaku, menyaksikanku tumbuh dari buaian hingga saat
ini. Namaku selalu ada dalam do’anya. Wajahku pasti lekat dalam
bayang-bayangnya. Ibu adalah makhluk yang tak henti mengalirkan kasih sayang
dan cintanya. Bahunya tak kan lelah untuk dijadikan sandaran bagi orang-orang
yang dicintainya. Kasih sayangnya seperti jalan yang tak berujung. Benarlah kata
Dian Sastro, “Woman in the World adalah ibuku”. Ibu memang sudah selayaknya
mendapat penghargaan sebagai wanita sang pahlawan di dunia ini. Sosok yang
selalu memberi inspirasi melalui kasih sayang dan ketulusannya. Aku pun ingin
menjadi seperti ibuku. Tokoh keluarga yang luar biasa. Aku ingin menjadi
seperti ibu sebelum apapun. Terima kasih ibu. Kasih sayangmu tak terbatas. Mom, you are miracle in my life. I Love You, Mom.
***
Bahz bin Hakim meriwayatkan bahwa seorang
laki-laki datang menemui Rasulullah SAW. Lelaki itu bertanya, "Siapakan
yang harus saya taati?" Rasulullah SAW menjawab, "Ibumu." Dia
bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Rasulullah SAW menjawab,
"Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?"
Rasulullah SAW masih menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi,
"Kemudian siapa lagi?" Rasulullah SAW menjawab, "Ayahmu,
kemudian kerabat terdekat yang disusul kerabat yang lain.