Wanita memang begitu istimewa. Islam sebagai agama yang istimewa, memberikan kedudukan mulia untuk kaum wanita. Al-Quran melalui ayat-ayatnya juga tak luput berbicara tentang wanita. Seperti apa sajakah sosok wanita yang telah digambarkan di dalam Al-Qur’an? inilah beberapa karakter wanita yang dituangkan dalam Al-Qur’an.


Istimewanya negeri ini, terdiri dari banyak kawasan, pulau, dan daerah yang masing-masing memiliki nilai khas dari kearifan lokal yang ada. Dari ujung barat hingga timur tersusun dari berbagai keunikan lokal yang mengagumkan, membuat negeri ini terlihat semakin kaya dengan keberagaman yang ada. Pun demikian dengan yang kutemui di belahan timur nusantara, Papua. Tepatnya di Pulau Misool, pulau kecil yang berada di bawah gambar kepala burung ini menyimpan keunikan yang sedikit berbeda dibandingkan kawasan lain di Papua. Di sini, kutemui kawasan yang menjadi perkampungan bagi kaum muslim. Bukan lagi kampung dengan mayoritas penduduknya adalah muslim. Namun, sudah dijuluki sebagai kampung muslim. Menurutku ini unik dan membuat petualanganku di kawasan ini menjadi lebih dekat dengan sisi spiritual. Papua yang mayoritas dihuni oleh penduduk nonmuslim, ternyata masih ada perkampungan-perkampungan muslim yang hidup dengan damai. Inilah uniknya pulau yang terkenal dengan sebutan Cendrawasih ini. Inilah uniknya negeri ini.

Anda penggemar film superhero ? Jika Anda sudah terlahir sebagai seorang anak-anak atau remaja di era 80-an, tentu tak asing dengan tokoh hero satu ini, Robocop. Film fiksi ilmiah tentang robot atau cyborg yang satu ini memang menjadi populer pada era perdananya tahun 1987. Seperti ingin mengembalikan popularitasnya, film ini
Kawans, tahu kan kamu pada tahun 1928 muncul Soempah Pemoeda. Dan di pada tahun 2000 menjadi Sumpah Pemuda. Dilanjut tahun 2011 saat istilah-istilah 4L4y muncul berganti

S03mp4h P3mo3d4. hehe... Pada tahun 2013 menjelma menjadi Sumpah Miapa. Akhirnya di tahun 2014 ini berganti istilah menjadi Sumpah Sakitnya Tu Di Sini. Hehe.. 

Tentang istilah yang terakhir ini, tampaknya ungkapan "sakitnya tu di sini" sudah menjamur di sela-sela perbincangan masa kini. Ungkapan ini digunakan untuk memperlihatkan rasa sakit hati atau kecewa yang sedang melanda. Saking hebohnya ungkapan ini sampai tercipta banyak gambar-gambar meme yang beredar dengan banyak gaya guyonan. Dan sekarang, ungkapan ini malah digunakan sebagai ajang lucu-lucuan.

Hampir setiap orang keceplosan bilang "sakitnya tuh disini (sambil nunjuk dada)" saat bercandaan dengan teman. Tak terkecuali saya, hehe , yang waktu itu masih sering mencandai teman dengan ungkapan itu. Mungkin memang benar adanya, perkataan itu adalah doa. Sampai suatu hari, di malam yang dingin, tiba-tiba dadaku sakit. Rasanya nyeri seperti ditusuk. Sebenarnya ini bukan kali pertama. Dokter pernah mengatakan bahwa jantungku mengalami penyempitan pembuluh darah yang bisa kambuh pada waktu-waktu tertentu. Beruntung waktu itu aku tidak lupa membawa obat-obatan di ranselku. Tentu yang paling utama membuatku beruntung adalah pertolongan Allah. Waktu itu aku berada di daerah yang susah untuk menjangkau rumah sakit. Ya, waktu itu aku berada di Papua. Jika dalam bayanganmu Papua itu pelosok dengan segala keterbatasannya, itu memang tak salah. Dan sakitku kambuh saat aku berada di daerah yang benar-benar banyak keterbatasan.

Setelah minum obat, aku menidurkan diriku untuk istirahat malam itu. Mata tak kunjung mau terpejam. Kantuk pun tak kunjung datang. Tiba-tiba saja terbesit ungkapan "sakitnya tu disini" yang tak sadar pernah ku ucapkan saat berbincang-bincang dengan teman.
Ahh.. mungkin Allah sedang menegurku. Agar aku tak 'sembrono' berucap. Supaya aku tak semena-mena berkata-kata. Meski hanya bercanda, meski hanya 'guyonan', namun menjaga perkataan selalu menjadi langkah yang lebih baik. Karna mungkin memang benar bahwa perkataan adalah doa. Sekarang, aku tak mau keceplosan lagi untuk berucap "sakitnya tu disini". Karna aku sudah merasakan bagaimana rasanya sakitnya di sini (di dada). Dan lebih baik bilang saja, "Bahagianya tu di sini". Semoga aku tak lagi kambuh nyeri dada yang menyebabkan sakitnya tu di sini (di dada). Hehe...

@mkusmia dengan menu makan malamnya :)


Siapa sih yang pernah ngerasain yang namanya masalah? Kalau kamu masih hiduo pasti sering sarapan, makan siang atau bahkan makan malam dengan menu 'masalah'. Banyak manusia yang akhirnya stress, frustasi sampai bunuh diri karena tak kuat menghadapi masalah.

Ngomong-ngomong seputar kasus bunuh diri, dari sumber data WHO, tercatat bahwa Korea merupakan negara dengan kasus bunuh diri tertinggi di dunia. Banyak kasus bunuh diri terjadi dengan motif yang beragam; karena faktor kemiskinan, stress, dan kesulitan menghadapi masalah hidup yg semuanya bermuara pada jalan buntu. Pikiran gelap yang bergandengan dengan rasa putus asa menimbulkan "ide" sesat untuk menyegerakan datangnya maut. Na'udzubillah...


Kawan, masalah tentu akan selalu datang menghampiri. Karna masalah dan hidup selalu berdampingan bak dua sejoli. Maka, anggaplah masalah itu seperti musuh. Jangan pernah memintanya, namun juga jangan menghindar, dan hadapilah saat ia datang menerpa hidupmu yg tenang. Allah sebagai Pencipta segala hal, tentu menciptakan masalah dan jalan keluar saling berjejeran. Dia tidak akan membiarkan masalah hanya berdiri sendiri, tapi juga solusi dan kemudahan berdampingan di sisi. Allah sendiri yg menjamin itu. Lupakah kita firman-Nya yg syahdu, "karena sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan." (Q.S Al-Insyirah: 5). Bahkan ayat ini diulang setelahnya, "sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (Q.S Al-Insyirah : 6).  

Menurut kaedah bahasa arab, kata "al usr (kesulitan) dalam ayat ini bermakna satu, satu kesulitan. Namun, "yusro" dalam ayat trsebut bermakna dua, dua kemudahan. Artinya, Allah memberikan dua kemudahan di setiap satu kesulitan. Kemudahan yang Allah berikan lebih banyak dibanding kesulitan yang diujikan. Bahkan para ulama pun sering kali mengatakan, "satu kesulitan tdk akan pernah mengalahkan dua kemudahan." Meskipun asal perkataan dari hadits ini lemah, namun maknanya benar.

Dari ayat ini pun disimpulkan bahwa di akhir berbagai kesulitan adalah kemudahan. After a strom comes a calm. Badai pasti lah berlalu, kawan. Lagi, kata "ma'a" mengandung arti "bersama". Artinya, "kemudahan akan selalu menyertai kesulitan".

Allah pun menambah janjiNya melalui firmanNya, "Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (Q.S Ath-Tholaq:7).
Oleh karna itu, masihkah kita ragu akan janji Allah yang pasti akan terjadi? Ibnul katsir mengatakan, "janji Allah itu pasti dan tidak mungkin Dia mengingkari."

Allah does not create a lock without its key. And Allah doesn't give you problem without its solutions. 

Maka, untuk mu yang dirundung pilu. Sekalah air matamu dan tersenyumlah menyambut janji-Nya. Selalu ada harapan bagi dia yang berdoa. Selalu ada jalan bagi ia yang berusaha. Dan yakinlah, masalahmu akan bertemu pada jalan terang yang sudah Allah siapkan. Trust me it's true. :)
Sahabat, kita tentu tahu bahwasanya Allah mengharamkan syurga bagi mereka yang kufur terhadapnya, sebagimana dalam firman Allah, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Q.S Al-Maidah: 72)

Surga telah diharamkan Allah atas orang-orang kafir. Surga yang diliputi dengan segala bentuk keindahan dan kenikmatan hanyalah bisa diraih oleh orang-orang yang mau menyembah dan beriman kepada Allah. Maka, sebesar-besar nikmat yang ada di dunia ini adalah nikmat Islam. Ya, Islam adalah nikmat Allah yang paling besar. Islam-lah yang dapat mengantarkan seorang hamba menapaki jalan benderang menuju pintu kebahagiaan bernama Jannah.

Apabila Allah menginginkan hambanya dalam kebaikan, maka Allah akan matikan dia dalam keadaan Islam. Kita hanyalah manusia lemah yang tidak pernah mengetahui akan seperti apa kita saat mati nanti. Oleh karenanya, doa adalah kebiasaan yang senantiasa kita lakukan untuk memohon kepada Allah agar ditetapkan kehidupan kita di atas jalan Islam. Doa adalah senjata kita agar Allah mengkaruniakan hal terindah dalam hidp kita. Yakni, hidup dan mati dalam keadaan Islam. Sebagaimana doa yang diajarkan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “wahai yang menetapkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamamu.”(H.R Ahmad dan Tirmidzi). Hanya berada di atas agama Allah-lah kebahagiaan kita langgeng sampai akhirat kelak.

Kita dapat menyaksikan bahwa pada hari ini begitu banyak perkara yang tersebar di sekeliling kita adalah perkara yang berbentuk syubhat (penipuan dan perkara yang meragukan), dan syahwat (yang membangkitkan nafsu). Semua perkara ini dapat menyebabkan seseorang berpaling (dari agama Allah). Inilah tanda-tanda akhir jaman seperti yang dikabarkan nabi. Seseorang begitu mudahnya beriman di malam hari dan kafir di pagi hari, atau pun kafir di pagi hari dan beriman di petang hari.
Tetapi Allah Maha Tinggi. Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Allah akan wafatkan dia dalam keadaan Islam, Allah akan menetapkan kematiannya di dalam Islam. Agar kita termasuk ke dalam orang-orang yang dicintai Allah, maka hendaknya kita senantiasa menghadirkan hati yang gembira tatkala menyembah Allah. Janganlah kita melakukan suatu ibadah hanya semata-mata untuk menyelesaikannya, tetapi hendaknya kita melakukan suatu ketaatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kita senantiasa berdoa agar dijauhkan dari segala bentuk kemaksiatan. Sejatinya, Allah tidak dimudharatkan oleh kemaksiatan yang kita lakukan. Tetapi kitalah yang binasa apabila melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu, marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Yakni, menjaga iman dan taqwa saat bersama banyak orang maupun saat dalam keadaan sendirian.
Sahabat, sesungguhnya mati dalam keadaan islam, dalam apapun juga keadaannya, jauh lebih baik dibanding mati dalam kekufuran. Maka senantiasa kita meminta pertolongan Allah agar dikuatkan dalam memegang teguh ajaran Islam sampai maut menjemput. Contoh yang mulia dapat kita petik dari  kisah sahabat, Amru bin Ash tatkala hampir tiba wafatnya berkata, “ya Allah aku bukanlah seorang yang lepas dari dosa maka aku memohon pengampunan. Dan aku bukanlah orang yang kuat dalam beribadah, maka aku memohon pertolongan. Dan tiada bantuan dan kekuatan kecuali (dengan) pertolongan Allah.“


Salah satu kenikmatan dalam berislam adalah saat Allah membangunkan kita dari tempat tidur untuk sholat subuh berjamaah, memudahkan mengeluarkan sedekah, dan berjalan menuju majlis ilmu. Itulah rahmat dari Allah. Oleh karenanya, senantiasa dalam keadaan lapang maupun sempit, kita berdoa kepada Allah agar dimudahkan dalam berbuat ketaatan. Tiada kegembiraan bagi seorang hamba yang lebih besar dari apapun di dunia ini selain kegembiraan terhadap islam. Seorang hamba sudah seharusnya bersyukur kepada Allah karena telah dijadikan seorang muslim. Dalam suatu majlis, Syaikh Shaalih Al Maghamsi (hafidzahulloh) menyampaikan kalimat penuh hikmah, “kita semua selalu dalam Rahmat Allah, dilahirkan sebagai Muslim. Yakni, Allah memberi kita Islam tanpa kita memintanya, maka semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua syurga tatkala kita memintanya.”

Perkara paling sukar dari menjalankan ketaatan bukan terletak pada pelaksanaan ibadahnya seperti shalat, puasa, zakat, sedekah sampai haji bahkan umrah. Namun, sulitnya taat terletak pada menjaga iman dan taatnya sampai datang kematian. Karena sejatinya taat itu adalah proses berkepanjangan tanpa jeda.

Tiliklah kisah Bal’am bin Baura yang hidup pada masa Nabi Musa ‘alaihissalam. Hdup dengan iman pada awalnya, namun mati secara tragis menjadi murtad pada akhir hayatnya. Naudzubillah.
Dan lihatlah kisah Arrajal yang hidup beriman pada awalnya bersama nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, namun mati dalam kemurtadan karena mengikuti nabi palsu Musailamah Al-Kadzab. Semoga Allah mematri iman kita dalam hati. Kita berlindung kepada Allah agar jangan sampai seperti Abdullah bin Abdurrahim yang mati naas dalam murtadnya karena cinta butanya kepada seorang wanita Nashrani. Padahal amatlah disayang, Abdullah bin Abdirrahim adalah seorang penghafal Qur’an dan seorang mujahid.

Beberapa contoh di atas seolah-olah menegaskan kepada kita bahwa tiada satu pun yang dapat menjamin akan seperti apa iman kita kelak saat maut menjemput. Tidak ada yang bisa memastikan kuatnya iman kita saat ini akan sama keadaannya saat ruh kita kembali ke Penciptanya. Barangkali itulah kenapa, dalam penghambaan kita kepada Dzat yang Mahasuci, kita senantiasa diperintahkan untuk istiqomah. Ya, istiqomah dalam zikir, do’a, ibadah, bermunajat, mengkaji Qur’an, menghafalnya, bermajlis ilmu, berkumpul dengan orang shalih dan selainnya. Usaha demikian ini Insya Allah iman dan taqwa dalam hati selalu terpatri sampai mati. Itulah yang Allah perintahkan, “Dan sembahlah Rabbmu sampai datangnya kematian.” (Q.S Al-Hijr:99).

Ibadah yang kita kita tegakkan, dzikir yang selalu kita lantunkan, sedekah yang kita keluarkan; semua itu tidak dilakukan kecuali hanya sampai habis jatah hidup kita di dunia ini. Alangkah bahagianya apabila yang menjadi penutup hayat kita adalah suatu amalan yang terpuji, karena “Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya.” (HR. Bukhari dan selainnya).
Baik buruknya hidup kita tergantung pada amalan terakhir kita. Hendaknya kita konsisten menjaga iman yang selalu mengakar kuat dalam sanubari supaya kita pun mati dalam keadaan yang Allah ridhai, “  dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri).” (Q.S Ali ‘Imran: 102)
Al-Qur’an juga telah mengajarkan kepada kita doa yang indah untuk dimunajatkan kepada-Nya, “Ya Rabb kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali ‘Imran: 8)
Sungguh, tiada hal yang indah kecuali Allah menetapkan hati kita untuk taat pada agama mulia ini.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit qolbi ‘ala diinik. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Allahumma Musharrifal Quluub, sharrif Quluubanaa ‘alaa thaa’atik. Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim).
wallahu a'lam bishowab.

(bi idznillah, tulisan di atas adalah artikel saya yang dimuat di voa-islam bulan Januari lalu. semoga bermanfaat). :)


Kawan, aku ingin bercengkrama,
Tentang kisah yg menjadi kenangan terindah
Tentang seikat harapan

dimulai dari sebuah perjalanan panjang, menantang, namun berakhir mengesankan
Rasanya penuh dengan kemanisan.

Aku teringat,kawan..
Saat perjuangan itu dinilai cukup mahal, kita ingat bahwa kita sedang membeli kebahagiaan.
Saat perjuangan itu dirasa melelahkan, kita pun percaya, "no sweet without sweat",
Saat perjuangan itu banyak rintangan, itulah kesempatan untuk berhimpun menghalau kegalauan 

dan semangat pun kembali dikuatkan.
 
Modal kita hanya sebungkus niat, secangkir semangat, dan sekantong tekad, yang ingin kita bagi agar kita dan mereka menjadi semakin hebat.
Dan pada akhirnya, kita bersama-sama menyaksikan 
bahwa pelangi sungguh-sungguh datang setelah hujan.

dan biarkan asa itu tak berhenti di tengah jalan, kawan..
kita bersama hadir untuk mendaki gunung harapan





Suatu saat, teman saya berkisah tentang seorang gadis yang melengkapi identitas dirinya di atas kertas biodata diri. Ada hal yang tidak biasa yang ditulis oleh seorang gadis itu. Pada umumnya, setiap orang akan menuliskan "dokter", "guru", "insinyur", "perawat", atau apapun pada kolom Cita-cita. Namun, gadis ini menuliskan hal yang berbeda. Di kolom cita-cita, ia menuliskan "saya ingin menjadi (seperti) ibu saya". Jawaban yang tak biasa ditulis oleh kebanyakan orang.
***
Mendengarkan cerita teman saya itu, membuat saya sejenak menunduk. Seolah pandangan saya menempus tempat nun jauh di sana. Teringat pada sosok seorang perempuan yang teduh wajahnya, lembut senyuman dan belaiannya. Saya teringat pada sosok ibu saya. Ada benarnya juga jawaban murid tadi. Menjadi ibu seharusnya dijadikan cita-cita no. 1 sebelum cita-cita apapun. Menjadi ibu memang sebuah kodrat setiap perempuan. Namun, tidak setiap perempuan sanggup melaksanakan tugas-tugas seorang ibu layaknya profesional. Saya sangat bersyukur, saya memiliki seorang ibu yang serba bisa layaknya super hero di rumah. Ya betul, mestinya setiap perempuan mempersiapkan diri agar bisa menjadi seorang ibu yang profesional di kemudian hari, sebelum mempersiapkan menggapai cita-cita yang lain.
Ternyata tidak ada profesi yang lebih hebat dari pada ibu.  Ibu bisa memasak. Bahkan rasa masakan ibu lebih enak dari pada masakan rumah makan. Mungkin karena ibu memasak menggunkaan resep ajaib, yaitu cinta yang diberikan setulusnya. Saya teringat saat memasak bersama ibu di rumah. Sambil meracik bumbu, ibu menjelaskan cara memasak satu menu. Saya sudah lupa apa itu menunya. “garamnya di kasih secukupnya aja,” kata ibu sambil menaburkan garam di atas masakan yang sedang dimasak. “kalau garam secukupnya ya. jangan lupa dikasih cinta setulusnya”, lanjut ibu sesekali bercanda. Saya pun tersenyum lebar. Mungkin itulah rahasia dapur ibu saat memasak. Alhasil, masakan ibu selalu bikin rindu.
Tentu ibu tidak hanya bisa memasak. Ibu adalah orang yang juga paling ahli dalam menata rumah agar tetap bersih dan nyaman dihuni. Setiap pagi, senjata ibu adalah sapu, kemoceng dan kain lap. Di senja hari pun, ibu pasti memegang senjata pamungkas itu lagi. Jika aku memperhatikan ibu setiap harinya, rasa-rasanya ibu tak akan pernah jenak untuk duduk jika masih ada barang yang belum tertata rapi. Adikku sering sekali lupa meletakkan handuk di jemuran kembali setelah selesai mandi. Dan ibu adalah orang yang paling tidak nyaman jika handuk tidak segera diletakkan di tempat jemuran. Ibu tidak akan membiarkan piring dan gelas kotor menggunung di tempat cuci piring. Di ember baju kotor pun, ibu tidak akan jenak memandangi ember yang bertumpuk pakaian kotor. Semua yang kotor harus segera disulap jadi bersih. Mungkin itu yang selalu ibu pikirkan jika berada di dalam rumah.
Hanya itu saja yang dikerjakan ibu? Jangan salah, ibuku memang super hero. Meski mencari uang bukanlah kewajiban seorang istri, namun ibuku bukanlah tipe wanita yang hanya tergantung pada penghasilan suami. Asal ayah mengijinkan, ibu dengan senang hati pasti mengerjakan. Ibu selain ahli memasak, menata rumah, ia juga seorang entrepeneur. Aku sangat kagum dengan sosok ibuku. aku sudah kehabisan kata-kata untuk mengeksprsikan kekagumanku terhadap ibuku. Meskipun pendidikan ibuku tak setinggi aku, tapi aku mesti berguru banyak hal kepada ibuku. Mungkin aku belum bisa sehebat beliau untuk menjadi seorang ibu.
Wanita pastilah lembut kasih sayangnya. Ibuku sudah barang tentu termasuk dalam daftar nama yang selalu menebar cinta di dalam keluarga. Perasaannya lembut, selembut kapas putih. Ibu adalah orang yang sigap saat sakitku kambuh. Imun tubuhku memang menurun sejak aku terkena CMV (Cyto Megalo Virus) tahun lalu. Ibuku sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatanku. Apalagi jika aku jauh dari ibu. Setiap hari, nama ibuku selalu ada di daftar riwayat panggilan di dalam handphone­-ku. Mungkin perasaannya tak kan pernah tenang jika belum mendengarkan kabar dari anak-anaknya. Tidak ada orang yang lebih perhatian dari ibuku. ibuku selalu memiliki stok kasih sayang dan perhatian yang tak terbatas untuk keluarga terutama untuk anak-anaknya.
Ibu juga memiliki profesi double ganda. Sudah double, ganda pula. Ya seperti itulah ibu. Karena itulah kusebut sebagai super hero. Pahlawan super dalam keluarga. Segala hal yang diberikan oleh ibu, membuatku merenung dan menambah cinta pada pada ibu. Belum ada satu orang pun yang bisa ‘bekerja’ layaknya ibu. Memiliki profesi ganda, serba bisa, dan selalu ada. Ibarat sebuah pelita yang tak pernah padam, senantiasa menerangi orang-orang terkasihnya. Cahaya yang tak berhenti menerangi duniaku, menyaksikanku tumbuh dari buaian hingga saat ini. Namaku selalu ada dalam do’anya. Wajahku pasti lekat dalam bayang-bayangnya. Ibu adalah makhluk yang tak henti mengalirkan kasih sayang dan cintanya. Bahunya tak kan lelah untuk dijadikan sandaran bagi orang-orang yang dicintainya. Kasih sayangnya seperti jalan yang tak berujung. Benarlah kata Dian Sastro, “Woman in the World adalah ibuku”. Ibu memang sudah selayaknya mendapat penghargaan sebagai wanita sang pahlawan di dunia ini. Sosok yang selalu memberi inspirasi melalui kasih sayang dan ketulusannya. Aku pun ingin menjadi seperti ibuku. Tokoh keluarga yang luar biasa. Aku ingin menjadi seperti ibu sebelum apapun. Terima kasih ibu. Kasih sayangmu tak terbatas. Mom, you are miracle in my life. I Love You, Mom.
***


Bahz bin Hakim meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW. Lelaki itu bertanya, "Siapakan yang harus saya taati?" Rasulullah SAW menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Rasulullah SAW menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Rasulullah SAW masih menjawab, "Ibumu." Dia bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Rasulullah SAW menjawab, "Ayahmu, kemudian kerabat terdekat yang disusul kerabat yang lain.