Gak Mau Lagi Bilang : Sakitnya Tuh Di Sini

, , No Comments
Kawans, tahu kan kamu pada tahun 1928 muncul Soempah Pemoeda. Dan di pada tahun 2000 menjadi Sumpah Pemuda. Dilanjut tahun 2011 saat istilah-istilah 4L4y muncul berganti

S03mp4h P3mo3d4. hehe... Pada tahun 2013 menjelma menjadi Sumpah Miapa. Akhirnya di tahun 2014 ini berganti istilah menjadi Sumpah Sakitnya Tu Di Sini. Hehe.. 

Tentang istilah yang terakhir ini, tampaknya ungkapan "sakitnya tu di sini" sudah menjamur di sela-sela perbincangan masa kini. Ungkapan ini digunakan untuk memperlihatkan rasa sakit hati atau kecewa yang sedang melanda. Saking hebohnya ungkapan ini sampai tercipta banyak gambar-gambar meme yang beredar dengan banyak gaya guyonan. Dan sekarang, ungkapan ini malah digunakan sebagai ajang lucu-lucuan.

Hampir setiap orang keceplosan bilang "sakitnya tuh disini (sambil nunjuk dada)" saat bercandaan dengan teman. Tak terkecuali saya, hehe , yang waktu itu masih sering mencandai teman dengan ungkapan itu. Mungkin memang benar adanya, perkataan itu adalah doa. Sampai suatu hari, di malam yang dingin, tiba-tiba dadaku sakit. Rasanya nyeri seperti ditusuk. Sebenarnya ini bukan kali pertama. Dokter pernah mengatakan bahwa jantungku mengalami penyempitan pembuluh darah yang bisa kambuh pada waktu-waktu tertentu. Beruntung waktu itu aku tidak lupa membawa obat-obatan di ranselku. Tentu yang paling utama membuatku beruntung adalah pertolongan Allah. Waktu itu aku berada di daerah yang susah untuk menjangkau rumah sakit. Ya, waktu itu aku berada di Papua. Jika dalam bayanganmu Papua itu pelosok dengan segala keterbatasannya, itu memang tak salah. Dan sakitku kambuh saat aku berada di daerah yang benar-benar banyak keterbatasan.

Setelah minum obat, aku menidurkan diriku untuk istirahat malam itu. Mata tak kunjung mau terpejam. Kantuk pun tak kunjung datang. Tiba-tiba saja terbesit ungkapan "sakitnya tu disini" yang tak sadar pernah ku ucapkan saat berbincang-bincang dengan teman.
Ahh.. mungkin Allah sedang menegurku. Agar aku tak 'sembrono' berucap. Supaya aku tak semena-mena berkata-kata. Meski hanya bercanda, meski hanya 'guyonan', namun menjaga perkataan selalu menjadi langkah yang lebih baik. Karna mungkin memang benar bahwa perkataan adalah doa. Sekarang, aku tak mau keceplosan lagi untuk berucap "sakitnya tu disini". Karna aku sudah merasakan bagaimana rasanya sakitnya di sini (di dada). Dan lebih baik bilang saja, "Bahagianya tu di sini". Semoga aku tak lagi kambuh nyeri dada yang menyebabkan sakitnya tu di sini (di dada). Hehe...

@mkusmia dengan menu makan malamnya :)

0 komentar:

Post a Comment