Kasus Rohingya seakan menjadi perhatian
dunia saat ini. Kasus yang muncul beberapa tahun belakangan ini kembali menjadi
sorotan publik. Muslim Rohingya mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari masyarakat
Budha Arakan, Myanmar. Pembakaran kampung, pembantaian, manusia dibakar
hidup-hidup, sampai pada puncaknya terusirlah mereka dari kampung halamannnya. Kaum
Rohingya yang mayoritas muslim ini lebih memilih mati
di negeri orang dari pada bertahan di negara mayoritas Budha itu. Masyarakat
dunia tak sedikit yang mengecam tindakan Budha Arakan tersebut. Sungguh tak
manusiawi. Tindakan kriminal yang sangat jauh dari istilah manusiawi.
Namun sayang sekali, definisi dalam anggapan manusia sering tak adil. Teroris dimaknai dengan sangat sempit. Ia diarahkan hanya pada ajaran agama tertentu, yaitu Islam dengan segala atributnya. Padahal jika kita mau jujur, bolehlah kita menyebut Budha Myanmar adalah teroris. Jika kita mau jujur, seharusnya kita menyebutnya demikian. Tindakan kriminal Budha Myanmar yang mana lagi yang tidak mengarah pada definisi teroris?
Namun nampaknya ada yang ganjal. Tindakan
tak beradab yang sedemikian rupa, sama sekali tak disebut teroris. Dunia
mencibir dan mencela Budha Myanmar karena memang sudah sepatutnya. Namun apakah
tindakannya lantas diembel-embeli kata “teroris”? Sungguh berbeda jika yang
melakukan kriminal tersebut adalah seseorang atau sekelompok orang dengan
atribut agama islam. Khalayak langsung mencercanya dan melabelinya dengan
teroris. Padahal jika kita merujuk pada definisi yang sebenarnya,
kriminal-kriminal yang dilakukan Budha Myanmar mengarah pada tindakan
terorisme.
Sudah pernah membaca defini teroris di
dalam Kamus? Belum? Oke, saya nukilkan. teroris adalah pelaku tindak teror.
Sedangkan menurut KBBI teror adalah usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh
seseorang atau golongan. Teroris bisa juga diartikan sebagai pelaku tindak
kekerasan yang menimbulkan rasa takut dan tidak aman di kalangan masyarakat. Mengancam,
menganiaya, hingga membunuh adalah beberapa contoh tindakan teror.
Namun sayang sekali, definisi dalam anggapan manusia sering tak adil. Teroris dimaknai dengan sangat sempit. Ia diarahkan hanya pada ajaran agama tertentu, yaitu Islam dengan segala atributnya. Padahal jika kita mau jujur, bolehlah kita menyebut Budha Myanmar adalah teroris. Jika kita mau jujur, seharusnya kita menyebutnya demikian. Tindakan kriminal Budha Myanmar yang mana lagi yang tidak mengarah pada definisi teroris?
Disinilah telah terbukti, dan seharusnya
bisa membuktikan kesalahan anggapan masyarakat bahwa teroris identik dengan
islam. Telah terbukti tidak demikian, bukan? Bahwa islam yang selalu dikaitkan
dengan islam adalah anggapan yang salah kaprah. Teroris tidak identik dengan
islam. Islam bukan teroris. Teroris tak mesti bercirikan dengan jenggot, karena
nyatanya teroris yang baru berulah justru botak. Teroris tak identik dengan
islam, karena pelakunya yang baru-baru saja terjadi beragama Budha. Kejadian di
Arakan ini semestinya menjadi wasilah untuk membuka mata dunia bahwa sekali
lagi, Teroris tidak identik dengan islam dan Islam bukan teroris. Maka, jangan
lagi kita melabeli Islam dengan teroris. Sepakat?
0 komentar:
Post a Comment