Bromo Berbisik, 'Jadilah Lebih Tinggi dan Lebih Baik'

, , No Comments
Pernahkah kamu menghadapi suatu masalah dengan orang lain? Jika kamu manusia, pastilah menghadapai masalah dalam hidupmu. Masalah dan manusia selalu berjalan beriringan. Namun janganlah resah, karena di sampingmu masih teriring Solusi. Kali ini saya tidak ingin membicarakan tentang solusi. Tapi saya ingin bercerita tentang perjalanan ke Bromo dua pekan lalu.


Saat kita bersosialisasi dengan orang lain, maka kita harus siap dengan konsekuensi akan satu hal, yaitu sakit hati. Bagaimana pun, kita manusia yang memiliki hati. Senang dan sakit hati pasti ada. Seperti itu juga yang ku alami baru saja. Ada kalanya kita bersama seseorang, entah teman atau keluarga atau bersama siapa saja, merasakan bahagia yang tak terkira rasanya. Ada kalanya juga kita dihadapkan pada suatu problema atau situasi yang pada puncaknya bisa saja membuat hati kita sakit teriris-iris. Singkatnya, aku sedang sakit hati. Aku masih enggan menceritakan siapa dan bagaimana itu terjadi.
hehe,, padahal tulisan ini gak ada sangkut pautnya sama misi SM, tapi #teteup... #SahabatMisoolEveryWhere


Aku sadar, aku harus segera mencari “kesegaran” agar rasa (sakit hati) itu sirna dari jiwa. Terpuruk, aku memang mudah terpuruk. Namun aku sadar itu tidak baik, maka aku harus segera bangkit. Terpuruk itu keniscayaan, namun bangkit itu pilihan. Jika kita menginginkan pilihan yang lebih baik, bangkit itu lah jalan yang baik.

Beruntunglah kita sebagai muslim. Allah memberikan kita Al-Qur’an sebagai syifa’, obat. Obat segala macam sakit. Obat hati itu ada dalam Al-Qur’an jika sakit hati. Hati yang sedang tertimpa masalah, sangat mudah tersentuh dengan nasihat. Al-Qur’an memberikan banyak nasihat yang mujarab. Sekali membaca ayat Al-Qur’an dengan hati yang khusyu’ membaca, seakan seperti ada yang membelai hatimu dan menenangkanmu. Air mata tak bisa terbendung lagi. Jika beranjak membaca arti-arti dari setiap ayat-Nya, seakan ada air yang membasuh hatimu. Nyess... adem. Tangis lagi-lagi tak bisa terbendung. Kadang terasa tertampar, tak apa-apa, karena begitulah Al-Qur’an mengarahkan kita menuju keadaan yang lebih baik. Siapkan hatimu menikmati Qur’an.

Saat terpuruk seperti ini, satu hal lain yang harus dicoba mengusir “kegalauan” adalah jalan-jalan. Yeah, jalan-jalan menjadi satu hal lain yang juga mujarab untuk menghilangkan beban pikiran. Sungguh indah jalan dari Allah. Disaat-saat seperti ini, Allah ingin menghiburku. Tetiba temanku mengajakku jalan-jalan bersama kawan-kawannya yang lain. Bromo, adalah destinasi perjalanan kami.

Sore hari kami berangkat. Bersama Avansa, kami ber-8 menjadi tim yang ingin mendekat dengan alam. Kali ini, perjalanan seru dengan kekocakan teman-teman yang baru ku kenal. Kelucuan mereka benar-benar mengusir penat dan menjadi hiburan tersendiri bagiku. Dan rasanya teringat dengan kawan-kawan yang tak kalah seru dengan mereka.

Sampai di Tenggeran, hawa sejuk sudah terasa. Lewat kesejukannya, serasa alam membisiki, “hidup ini sesungguhnya sangat sejuk jika kau benar-benar menikmati.” Pepohonan yang masih rindang nan hijau serasa menasehati, “tak usah gelisah, segarkan hidupmu seperti aku menyegarkan mata orang-orang yang memandang lewat hijaunya daunku yang segar.” Jalan menuju Bromo yang berliku serasa berkata padaku, “hidup ini memang berliku, jalani dan nikmati saja, disana ada destinasi yang indah untukmu.” Dan memang benar, sesampai di kaki Bromo, aku melihat destinasi yang kita tuju. Sampai di sini kami masih harus berjalan naik ke atas untuk menuju puncak Bromo. Jalanan yang meninggi tak rata, kadang harus cermat meilhat jalan karena ada banyak “ranjau” (kotoran kuda). Sampai setengah perjalanan, masih harus menaiki anak tangga untuk benar-benar sampai ke puncak Bromo. Ahh... rasanya sangat lelah. Dengan menaiki satu persatu anak tangga berwarna kuning itu, akhirnya kami sampai di puncak Bromo. Yeah,, akhirnya sampai.

Tak ada kata lain lagi, selain “Masya Allah,, indah”. Alam memang sangat indah. Itulah karunia Allah. Ketika sudah sampai di puncak dan melihat ke bawah, rasanya Bromo mengajakku berbicara, “jadilah sepertiku yang lebih tinggi. Meski dengan susah payah mencapai puncak, namun engkau lihat bukan keindahan sesudahnya?”. Benar, tak usah memikirkan orang lain/hal lain yang membuatmu bersedih lagi. Apa yang sudah terjadi, itu sudah menjadi Kehendak Allah. jika Allah tidak menghendaki pastilah tidak terjadi.

"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Thaghabun: 11)

dan akhirnya, perbaiki dirimu, dan jadilah engkau yang lebih tinggi (kedudukan di hadapan Allah) dan lebih baik lagi. Meski tak ringan untuk mencapai pribadi yang lebih baik dan mendapat kedudukan yang tinggi di sisi Allah, namun selalu indah kesudahannya. Begitulah saat kita mau bertemu dengan alam. Alam mau berbagi energi positif jika kita mau menghayatinya. Jadilah pribadi yang lebih tinggi dan lebih baik.

اللهم إني أعوذبك من الهم والحزن, و أعوذبك من العجز والكسل,
وأعوذبك من الجبن والبخل وأعوذبك من غلبة الدين وقهر الرجال
Allahumma inni a’uudzubika minal hammi wal hazan, wa a’uudzubika minal ‘ajiz wal kasali, wa a’uudzubika minal jubni wal bukhli wa a’uudzubika min ghalabatid dayni wa qahrir rajali
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa SUSAH dan DUKA, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, serta aku berlindung kepada-Mu dari hutang yang tak terbayar dan dari belenggu orang lain.” (H.R. Abu Umamah dan Abu Sa’id)

dan sesuatu yang hilang semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Maka berdo'a dan lebih mendekat pada Rabb adalah langkah yang selalu tepat atas setiap yang terjadi pada kita. Seseorang pernah berkata, "masalah hanya menyimpulkan hikmah." Maka sungguh ajaib perkara seorang muslim karena mau bersabar dan berfikir atas apa yang menimpa dirinya. Trimakasih pelajaranmu, Bromo. 

0 komentar:

Post a Comment