Seperti peribahasa “tak ada gading yang tak retak”,
mengibaratkan bahwa tak ada yang selalu sempurna di dunia ini. Pun manusia.
Meski pernyataan ini terkesan klise, namun kebenarannya masih saja selalu
berlaku. Bahwa manusia memang tak ada yang selalu berbadan harum dan berbaju
putih. Maksudnya, manusia memang tak ada yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kita
pernah, bahkan sering terlanjur berbuat dosa. Sadar atau tidak. Sengaja maupun
ada niatnya.
Jika sudah terlanjur berbuat
dosa kecil maupun besar,
maka ingatlah bhwa Allah itu Besar. Besar pengampunannya. Ampunan Allah lebih
luas lagi dibanding luasnya dosa-dosa kita jika dijembreng. Jiwa yang telah terlanjur berdosa ini tidak boleh
berburuk sangka bahwa ampunan Allah itu terbatas. Berbuat dosa kecil atau besar
itu buruk. Tapi lebih buruk lagi berburuk sangka pada Allah, menganggap bahwa
Allah tidak pengampun. Menganggap Allah kikir terhadap ampunan.
Jika sudah berbuat
dosa, sepertilah Abdullah
bin Mas’ud yang benar-benar merenungi dosa-dosanya. Abdullah bin Mas’ud, orang
yang beriman tapi menganggap dosa-dosanya seperti gunung yang akan roboh
menimpanya. Jika sudah berbuat dosa, janganlah meneladani orang munafik, ia
menganggap dosa seperti lalat. Dosanya selalu dilihat sebagai sesuatu yang
kecil, remeh, dan akhirnya diabaikan. Lebih lagi, janganlah menjadi lebih
munafik dari orang munafik, yang menganggap dirinya tak berdosa. Jika ada
nasehat, “saudara harus taubat,” lalu hati menimpali, “Lah saya salah apa?”, hati-hati
jika kita pernah sesumbar berkata demikian. Seolah mustahil untuk bersalah. Hati
yang tak sadar bahwa kesalahan dan dosanya bertambah banyak seiiring
bertambahnya waktu yang ia lalui.
Jika sudah terlanjur
berbuat dosa,
menangislah karena dosa, bukan karena takdir. Segala hal yang telah terjadi
semata-mata karena sudah Allah Kehendaki. Jika saja Allah tak menghendaki,
pastilah tidak akan terjadi. Jangan tangisi takdir, karena itu baik. Tapi tangisilah
sebab-sebab ketidak baikan itu, yang sebabkan kita lakukan dosa.
Jika sudah terlanjur
berbuat dosa,
renungilah bahwa tidak ada artinya dosa yang besar kalau dihadapi dengan taubat
sungguh-sungguh. Begitu pula dengan dosa kecil, tidak ada dosa kecil jika
dilakukan terus menerus.
Kesalahan yang kita lakukan atas kehendak Allah, itu bukti
bahwa Allah masih memperhatikan kita, Allah masih sayang kita. Allah ingatkan
kita meski dengan kepahitan. Mungkin karena peringatan-Nya tak mempan jika
sebatas dengan kemanisan-kemanisan. Maka Allah kasih rasa pahit yang penuh
hikmah itu.
Jika sudah terlanjur
berbuat dosa, dan hati
mulai muncul banyak kegelisahan, banyak kesempitan, ingat Taubat saja. Seperti nabi
Yunus alaihissalam di dalam
kegelapan, di dalam gelapnya malam, gelapnya perut ikan paus. Yang Yunus
pikirkan hanyalah ampunan Allah dulu.
“Tiada
Tuhan melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya,
tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya
diri sendiri”.(QS Al-Anbiya’ : 87).
Pun seperti Adam-Hawa yang dikeluarkan dari surga dan
diturunkan ke bumi karena kesalahannya. Tidak banyak yang dipikirkan Adam dan
Hawa, mereka hanya ingat kesalahan dan ingat taubat.
Taubat yang benar akan mendatangkan ampunan Allah. Itu pasti
karena yang menjanjikan adalah Allah sendiri.
Rosulullah
saw juga bersabda : Allah berfirman : ” Wahai anak adam, walaupun dosa kamu
mencapai setinggi langit , kemudian kamu beristighfar memohon ampun kepada –Ku,
maka niscaya Aku ampuni kamu, dan Aku tidak peduli. ” (H.R Tirmidzi)
“...
dan mohonlah ampun kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah :199)
Selain ampunan, Allah beri bonus berupa hati yang tenang,
rahmat, dan jalan keluar. Hatinya tenang setelah mengingati dosanya dan
bertaubat karenanya.
” (yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Qs Ar Ra’du : 28)
Rahmat
Allah pun akan meliputinya sebagai tanda kasih sayang Allah atas jiwa-jiwa yang
menunduk karena taubat.
“Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu
minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu
meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” (Qs An Naml : 46)
Jika Allah telah mengampuni hamba-Nya, maka Allah bantu
dengan memberikan jalan keluar baginya.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya.” (Q.S At-Talaq:2)
Bukankah disebabkan taubat lalu Adam dikembalikan ke surga
kembali? Bukankah disebabkan taubat lalu Allah turunkan hujan kepada Nuh dan
kaumnya dengan hujan yang lebat, membanyakkan harta dan anak-anak mereka,
memberikan kebun-kebun dan sungai-sungai sebagai balasan taubatnya? (Lihat
Surat Nuh:10-12). Bukankah hanya taubat yang Hasan Al-Bashri nasehatkan kepada
orang yang datang padanya mengadu tentang kehidupannya, kefaqiran, dan kemandulan?
Taubat, mengantarkan kita pada ampunan dan berlimpahnya Rahmat dari-Nya.
Jika kita beriman dan bertaqwa dengan benar, maka sejatinya
tidaklah rumit hidup ini. Yang rumit itu yang tidak mau bertaubat. Karena tidak
merasa bersalah. Karena sibuk dengan pembenaran diri. Memikirkan orang lain bersalah.
Tidak memikirkan dirinyalah pengundang masalah.
Hati yang salim. Semoga Allah mengilhami kita hati yang
selamat. Selamat dari penyebab-penyebab dosa, dan selamat dari dosa itu
sendiri. Jika pun telah terpeleset dalam dosa, semoga Allah menyelamatkan hati
kita dengan membersihkannya kembali dari dosa-dosa. Tentu bersih karena kita
yang mengusahakannya untuk bersih dengan tekad dan taubat.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Post a Comment