Jika Sudah Terlanjur Berbuat Dosa

, , No Comments

Seperti peribahasa “tak ada gading yang tak retak”, mengibaratkan bahwa tak ada yang selalu sempurna di dunia ini. Pun manusia. Meski pernyataan ini terkesan klise, namun kebenarannya masih saja selalu berlaku. Bahwa manusia memang tak ada yang selalu berbadan harum dan berbaju putih. Maksudnya, manusia memang tak ada yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kita pernah, bahkan sering terlanjur berbuat dosa. Sadar atau tidak. Sengaja maupun ada niatnya.

Jika sudah terlanjur berbuat dosa kecil maupun besar, maka ingatlah bhwa Allah itu Besar. Besar pengampunannya. Ampunan Allah lebih luas lagi dibanding luasnya dosa-dosa kita jika dijembreng. Jiwa yang telah terlanjur berdosa ini tidak boleh berburuk sangka bahwa ampunan Allah itu terbatas. Berbuat dosa kecil atau besar itu buruk. Tapi lebih buruk lagi berburuk sangka pada Allah, menganggap bahwa Allah tidak pengampun. Menganggap Allah kikir terhadap ampunan.

Jika sudah berbuat dosa, sepertilah Abdullah bin Mas’ud yang benar-benar merenungi dosa-dosanya. Abdullah bin Mas’ud, orang yang beriman tapi menganggap dosa-dosanya seperti gunung yang akan roboh menimpanya. Jika sudah berbuat dosa, janganlah meneladani orang munafik, ia menganggap dosa seperti lalat. Dosanya selalu dilihat sebagai sesuatu yang kecil, remeh, dan akhirnya diabaikan. Lebih lagi, janganlah menjadi lebih munafik dari orang munafik, yang menganggap dirinya tak berdosa. Jika ada nasehat, “saudara harus taubat,” lalu hati menimpali, “Lah saya salah apa?”, hati-hati jika kita pernah sesumbar berkata demikian. Seolah mustahil untuk bersalah. Hati yang tak sadar bahwa kesalahan dan dosanya bertambah banyak seiiring bertambahnya waktu yang ia lalui.

Jika sudah terlanjur berbuat dosa, menangislah karena dosa, bukan karena takdir. Segala hal yang telah terjadi semata-mata karena sudah Allah Kehendaki. Jika saja Allah tak menghendaki, pastilah tidak akan terjadi. Jangan tangisi takdir, karena itu baik. Tapi tangisilah sebab-sebab ketidak baikan itu, yang sebabkan kita lakukan dosa.

Jika sudah terlanjur berbuat dosa, renungilah bahwa tidak ada artinya dosa yang besar kalau dihadapi dengan taubat sungguh-sungguh. Begitu pula dengan dosa kecil, tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.

Kesalahan yang kita lakukan atas kehendak Allah, itu bukti bahwa Allah masih memperhatikan kita, Allah masih sayang kita. Allah ingatkan kita meski dengan kepahitan. Mungkin karena peringatan-Nya tak mempan jika sebatas dengan kemanisan-kemanisan. Maka Allah kasih rasa pahit yang penuh hikmah itu.

Jika sudah terlanjur berbuat dosa, dan hati mulai muncul banyak kegelisahan, banyak kesempitan, ingat Taubat saja. Seperti nabi Yunus alaihissalam di dalam kegelapan, di dalam gelapnya malam, gelapnya perut ikan paus. Yang Yunus pikirkan hanyalah ampunan Allah dulu.

“Tiada Tuhan melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri”.(QS Al-Anbiya’ : 87).

Pun seperti Adam-Hawa yang dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi karena kesalahannya. Tidak banyak yang dipikirkan Adam dan Hawa, mereka hanya ingat kesalahan dan ingat taubat.

"Robbana Dholamnaa anfusana wa illam taghfirlanaa wa tar hamnaa la nakuunana minal khoosiriin."



Artinya: "Wahai Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi Rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Q.S Al-A'raf:22) 

Taubat yang benar akan mendatangkan ampunan Allah. Itu pasti karena yang menjanjikan adalah Allah sendiri.

Rosulullah saw juga bersabda : Allah berfirman : ” Wahai anak adam, walaupun dosa kamu mencapai setinggi langit , kemudian kamu beristighfar memohon ampun kepada –Ku, maka niscaya Aku ampuni kamu, dan Aku tidak peduli. ” (H.R Tirmidzi)

“... dan mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah :199)

Selain ampunan, Allah beri bonus berupa hati yang tenang, rahmat, dan jalan keluar. Hatinya tenang setelah mengingati dosanya dan bertaubat karenanya.

” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs Ar Ra’du : 28)

Rahmat Allah pun akan meliputinya sebagai tanda kasih sayang Allah atas jiwa-jiwa yang menunduk karena taubat.

“Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” (Qs An Naml : 46)

Jika Allah telah mengampuni hamba-Nya, maka Allah bantu dengan memberikan jalan keluar baginya.

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya.” (Q.S At-Talaq:2)

Bukankah disebabkan taubat lalu Adam dikembalikan ke surga kembali? Bukankah disebabkan taubat lalu Allah turunkan hujan kepada Nuh dan kaumnya dengan hujan yang lebat, membanyakkan harta dan anak-anak mereka, memberikan kebun-kebun dan sungai-sungai sebagai balasan taubatnya? (Lihat Surat Nuh:10-12). Bukankah hanya taubat yang Hasan Al-Bashri nasehatkan kepada orang yang datang padanya mengadu tentang kehidupannya, kefaqiran, dan kemandulan? Taubat, mengantarkan kita pada ampunan dan berlimpahnya Rahmat dari-Nya.

Jika kita beriman dan bertaqwa dengan benar, maka sejatinya tidaklah rumit hidup ini. Yang rumit itu yang tidak mau bertaubat. Karena tidak merasa bersalah. Karena sibuk dengan pembenaran diri. Memikirkan orang lain bersalah. Tidak memikirkan dirinyalah pengundang masalah.

Hati yang salim. Semoga Allah mengilhami kita hati yang selamat. Selamat dari penyebab-penyebab dosa, dan selamat dari dosa itu sendiri. Jika pun telah terpeleset dalam dosa, semoga Allah menyelamatkan hati kita dengan membersihkannya kembali dari dosa-dosa. Tentu bersih karena kita yang mengusahakannya untuk bersih dengan tekad dan taubat.

Wallahu a’lam.

0 komentar:

Post a Comment